Aktor
Ketidakmajuan Papua, Kehadiran OPM Jadi Penghambat Pembangunan
Papeda.com- Di
tengah berbagai upaya pembangunan yang terus digalakkan pemerintah di wilayah
Papua, kehadiran kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM)
justru dituding sebagai salah satu aktor utama yang menyebabkan stagnasi
pembangunan dan keterbelakangan di berbagai daerah. Hal ini diungkapkan oleh
sejumlah tokoh masyarakat dan adat Papua yang menyuarakan keprihatinan atas
dampak langsung dari aksi kekerasan dan teror OPM terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat.
Tokoh
adat dari Kabupaten Yahukimo, Yulianus Kobak, menyampaikan bahwa OPM telah
menjadi penghambat nyata kemajuan Papua. “Mereka bilang berjuang untuk rakyat
Papua, tapi justru rakyat Papua yang paling banyak dirugikan. Anak-anak tidak
bisa sekolah, orang sakit tidak bisa berobat, karena fasilitas dibakar dan
petugas takut datang,” ujarnya, Senin (7/7/2025).
Kehadiran
OPM di sejumlah daerah, terutama di wilayah pegunungan dan pedalaman, telah
menciptakan ketakutan yang luas. Tak sedikit guru, dokter, dan petugas layanan
publik lainnya memilih meninggalkan tempat tugas karena tidak ingin menjadi
korban kekerasan. Hal ini berdampak langsung pada menurunnya kualitas hidup
masyarakat, yang justru sangat membutuhkan pelayanan dasar dari negara.
Pendeta
Yeremia Telenggen dari Kabupaten Nduga juga mengungkapkan hal senada.
Menurutnya, OPM telah menyimpang jauh dari nilai-nilai perjuangan dan menjelma
menjadi kelompok yang merusak tatanan masyarakat. “Perjuangan tidak boleh
mengorbankan rakyat sendiri. Apa artinya bicara kemerdekaan kalau anak-anak
Papua tidak punya masa depan? Ini kemunduran, bukan kemajuan,” tegasnya.
Ketidakstabilan
yang diciptakan OPM juga berdampak pada sektor ekonomi. Banyak petani tidak bisa
membawa hasil kebunnya ke pasar karena takut melintasi jalur yang dikuasai oleh
kelompok bersenjata. Di beberapa tempat, OPM bahkan melakukan pemalakan
terhadap warga dan pengusaha kecil, membuat roda perekonomian lokal semakin
terpuruk.
Tokoh
pemuda asal Puncak, Benyamin Wakerkwa, menambahkan bahwa generasi muda Papua
sudah mulai sadar bahwa OPM bukan solusi. “Kami butuh sekolah, pelatihan kerja,
dan akses teknologi. Tapi selama OPM masih ada dan terus menciptakan ketakutan,
kita tidak akan maju. Mereka bukan penyelamat, mereka penghambat,” katanya.
Situasi
ini menuntut peran aktif semua pihak, termasuk tokoh masyarakat, pemuda, dan
agama, untuk menyadarkan warga agar tidak terprovokasi oleh propaganda OPM.
Masyarakat harus disatukan kembali dalam semangat damai, gotong royong, dan
cita-cita pembangunan yang inklusif.