Tokoh
Agama, Warga Sipil, dan Anak Sekolah Kembali Jadi Sasaran Kekerasan OPM di
Intan Jaya
Papeda.com- Situasi
keamanan di Kabupaten Intan Jaya kembali memanas akibat aksi brutal yang
dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam
insiden terbaru, kelompok tersebut kembali menyasar tokoh agama, warga sipil,
hingga anak-anak sekolah yang tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan konflik
bersenjata. Aksi keji ini kembali mempertegas bahwa OPM tidak memiliki batas
moral dalam menjalankan teror mereka.
Menurut
laporan warga setempat, aksi kekerasan terjadi di beberapa titik di Distrik
Sugapa dan sekitarnya. Salah satu korban yang menjadi sorotan adalah seorang
pendeta yang diketahui aktif membimbing jemaat di wilayah pedalaman. Ia
disergap dan dianiaya oleh sekelompok orang bersenjata saat dalam perjalanan
menuju gereja.
“Pendeta
kami tidak pernah terlibat dalam politik atau militer. Ia hanya mengajarkan
kasih dan damai kepada masyarakat. Tapi mengapa dia yang menjadi korban? Ini
sungguh biadab,” ujar Antonius Sondegau, tokoh masyarakat Sugapa, Kamis
(3/72025).
Selain
itu, dua warga sipil lainnya dilaporkan mengalami luka tembak ketika kelompok
OPM melakukan penyerangan di sekitar pemukiman penduduk. Bahkan lebih
mengerikan, sekelompok anak sekolah dilaporkan dipaksa untuk turun dari
kendaraan yang membawa mereka ke sekolah, lalu diintimidasi dengan todongan
senjata. Aksi ini tidak hanya mengganggu pendidikan, tetapi juga meninggalkan
trauma mendalam bagi anak-anak tersebut.
Tokoh
agama dari Intan Jaya, Pdt. Benius Wakey, mengecam keras aksi tersebut dan
menyebut bahwa kelompok OPM telah kehilangan arah perjuangannya. “Kalau benar
mereka berjuang untuk hak-hak Papua, seharusnya mereka lindungi rakyat, bukan
justru membunuh dan meneror rakyatnya sendiri. Ini adalah bentuk penistaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan agama,” katanya.
Kekerasan
yang menyasar warga sipil dan kelompok rentan seperti anak-anak dan pemuka
agama memperlihatkan wajah asli dari gerakan separatis yang dipimpin OPM. Jauh
dari semangat perjuangan, mereka justru bertindak seperti organisasi kriminal
bersenjata yang memaksakan kehendak dengan teror.
Tokoh
pemuda lokal, Yosep Murib, menyayangkan bahwa masih ada pihak-pihak yang
memberi simpati kepada OPM dari luar Papua. “Mereka tidak tahu seperti apa
penderitaan kami di sini. Anak-anak takut ke sekolah, orang tua takut berkebun,
pendeta pun tak luput dari ancaman. Apa ini bentuk perjuangan? Ini adalah
teror, dan harus dihentikan,” tegasnya.
Masyarakat
berharap pemerintah dan aparat keamanan segera menindak tegas kelompok-kelompok
separatis bersenjata yang terus merusak ketenangan warga Papua. Peristiwa ini
menjadi pengingat bahwa kekerasan yang dilakukan oleh OPM bukanlah bentuk
perjuangan, melainkan pelanggaran hak asasi manusia yang nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar