Generasi Muda Papua Terancam, OPM Rusak Moral lewat
Penyebaran Propaganda
Papeda.com- Keprihatinan
mendalam disampaikan oleh berbagai tokoh masyarakat dan pemuda atas kondisi
generasi muda Papua yang dinilai kian terancam akibat gencarnya penyebaran
propaganda oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Melalui
media sosial, jejaring simpatisan, hingga infiltrasi di lembaga pendidikan
nonformal, OPM terus berusaha menanamkan paham kebencian dan anti-NKRI kepada
anak-anak muda Papua.
Propaganda
ini bukan hanya menyasar pola pikir politik, tetapi juga merusak moral dan
karakter generasi muda. Narasi yang dibangun kelompok ini kerap kali
menyebarkan kebohongan, menyulut emosi, dan menanamkan rasa benci terhadap
pemerintah serta sesama warga yang tidak mendukung perjuangan separatis mereka.
Dampaknya, anak-anak muda yang semestinya menuntut ilmu dan membangun masa
depan, malah terjerumus dalam pemahaman keliru tentang perjuangan dan
kekerasan.
Tokoh
adat dari Kabupaten Yahukimo, Yakobus Wetipo, menyebut bahwa penyebaran
propaganda OPM sudah sangat mengkhawatirkan. Ia mengatakan bahwa anak-anak muda
di kampung mulai terpengaruh oleh ajaran yang tidak berdasar, bahkan ada yang
mulai menolak sekolah dan justru bergabung dalam kelompok yang mendukung
separatisme. “Ini bukan hanya ancaman bagi negara, tapi bagi masyarakat adat
kami. Anak-anak kami seharusnya menjadi harapan, bukan dijadikan alat,”
tegasnya, Senin (7/7/2025).
Hal
senada disampaikan oleh Pendeta Mesak Murib, tokoh gereja dari wilayah Pegunungan
Tengah. Ia menilai bahwa OPM telah melenceng jauh dari nilai-nilai budaya dan
agama yang menjunjung kedamaian. “Mereka menyebar kebencian, mengajarkan
kekerasan, dan memutarbalikkan fakta sejarah. Anak-anak muda kita diajari untuk
membenci, bukan berpikir kritis. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.
Di
beberapa wilayah seperti Nduga, Puncak, dan Intan Jaya, kasus anak muda yang
terpapar propaganda OPM terus meningkat. Beberapa di antaranya bahkan diketahui
telah dilatih secara militer dan dijadikan bagian dari pasukan bersenjata. Ini
merupakan pelanggaran berat terhadap hak anak dan masa depan generasi Papua.
Tokoh
pemuda asal Dogiyai, Simon Yobe, mengaku prihatin atas fenomena ini. Ia
menyatakan bahwa generasi muda harus menjadi agen perdamaian dan pembangunan,
bukan korban doktrin politik. “Kami anak muda Papua punya hak untuk hidup
damai, untuk belajar dan bekerja. OPM mencoba mencuri masa depan kami dengan
menipu kami lewat narasi palsu,” katanya.
Sebagai
respons, berbagai komunitas pemuda dan lembaga adat kini mulai bergerak
mengadakan diskusi, pelatihan, dan kampanye damai guna membentengi generasi
muda dari pengaruh buruk kelompok separatis. Edukasi mengenai nasionalisme,
sejarah Papua dalam bingkai NKRI, dan pentingnya pembangunan menjadi fokus utama
dalam berbagai kegiatan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar