Tokoh
Papua Sebut OPM Sudah Banyak Melanggar HAM, Desak Dunia Internasional Tidak
Lagi Tertipu Propaganda
Papeda.com- Sejumlah
tokoh masyarakat Papua dengan tegas menyatakan bahwa Organisasi Papua Merdeka
(OPM) telah banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap warga
sipil di Tanah Papua. Pernyataan ini disampaikan sebagai bentuk keprihatinan
atas semakin maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata
yang mengatasnamakan perjuangan Papua merdeka.
Tokoh
adat Papua dari wilayah Meepago, Yonas Kobepa, menegaskan bahwa OPM telah
melenceng jauh dari apa yang mereka klaim sebagai "perjuangan
kemerdekaan." Ia menyebut bahwa kekerasan terhadap warga sipil, pemalakan
di jalan raya, pembakaran fasilitas umum, hingga penembakan terhadap guru dan
tenaga kesehatan adalah tindakan yang sama sekali tidak dapat dibenarkan.
“Kalau
benar mereka memperjuangkan hak rakyat Papua, mengapa justru rakyat yang
menjadi korban? Anak-anak tidak bisa sekolah, warga takut ke ladang, dan
pelayanan kesehatan lumpuh karena ulah mereka. Itu bukan perjuangan, itu
pelanggaran HAM,” ujar Yonas Kobepa, Jumat (4/7/2025).
Kecaman
senada juga disampaikan oleh tokoh gereja di Papua, Pdt. Samuel Duwitau. Ia
menyampaikan bahwa gereja mencatat banyak laporan dari jemaat di daerah
pedalaman yang mengalami ancaman dari kelompok separatis, mulai dari pemerasan
hingga intimidasi. Bahkan, ada sejumlah laporan mengenai pemaksaan rekrutmen
anak-anak muda untuk bergabung dengan kelompok bersenjata.
“Kami
di gereja hanya ingin membina kedamaian dan kasih. Tapi ketika anak-anak muda
ditarik paksa, ketika guru ditodong senjata, itu jelas pelanggaran berat
terhadap hak asasi manusia. Dunia internasional perlu membuka mata dan tidak
lagi tertipu oleh narasi yang dibangun OPM,” tutur Pdt. Samuel.
Salah
satu aktivis perempuan Papua, Maria Wonda, juga turut angkat bicara. Ia
menyoroti dampak aksi OPM terhadap perempuan dan anak-anak. Dalam beberapa
kasus, perempuan menjadi korban ketika kelompok OPM melakukan pembakaran
rumah-rumah warga atau ketika terjadi kontak senjata di wilayah pemukiman.
“Perempuan
dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan. Ketika sekolah dibakar, mereka
kehilangan masa depan. Ketika kampung diserang, mereka kehilangan tempat
tinggal. Apakah ini bentuk perjuangan? Ini jelas bentuk pelanggaran HAM yang
nyata,” ungkap Maria Wonda dengan nada tegas.
Pernyataan
tegas dari para tokoh Papua ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat sudah
tidak lagi percaya pada perjuangan yang dilakukan OPM. Aksi kekerasan,
intimidasi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan secara
terus-menerus oleh kelompok tersebut telah merusak kehidupan masyarakat Papua.
Kini, tokoh-tokoh lokal mendesak dunia internasional untuk tidak lagi terpaku
pada narasi propaganda OPM, tetapi mulai melihat fakta nyata bahwa kelompok
inilah yang justru menjadi ancaman terbesar bagi hak asasi manusia di Tanah
Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar