Anggota
OPM Wilayah Paniai, Marvin Pigai, Wafat Tanpa Perawatan Layak: Bukti Kelalaian
Internal OPM
Papeda.com- Kabar
duka kembali datang dari wilayah pegunungan tengah Papua. Seorang anggota
Organisasi Papua Merdeka (OPM) wilayah Paniai, Marvin Pigai, dilaporkan wafat
setelah sakit berkepanjangan tanpa mendapatkan penanganan medis yang layak.
Peristiwa ini kembali membuka mata banyak pihak akan lemahnya perhatian dan
tanggung jawab internal OPM terhadap anggotanya sendiri.
Marvin
Pigai dikenal sebagai salah satu anggota aktif OPM yang sejak beberapa tahun
terakhir terlibat dalam sejumlah aksi yang diklaim sebagai bentuk perlawanan
terhadap negara. Namun, ketika ia jatuh sakit dan membutuhkan pertolongan
medis, rekan-rekannya dalam kelompok justru tidak memberikan perawatan yang
memadai.
Kondisi
tersebut memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk para tokoh
masyarakat dan bahkan simpatisan OPM sendiri. Banyak yang menilai bahwa
peristiwa ini menjadi bukti bahwa OPM tidak memiliki sistem perlindungan
internal yang jelas dan cenderung abai terhadap kesejahteraan anggotanya.
Dalam
pernyataan yang disampaikan kepada media luar negeri, Juru Bicara OPM, Sebby
Sambom, secara tidak langsung mengakui bahwa pihaknya mengalami keterbatasan
dalam memberikan fasilitas kesehatan kepada anggotanya di lapangan. Ia
menyatakan, “Kami beroperasi dalam keterbatasan. Tidak mudah mendapatkan akses
medis, apalagi saat berada dalam kondisi pengejaran dan tekanan militer”, Senin
(14/7/2025).
Namun,
pernyataan tersebut justru menuai kritik dari kalangan tokoh adat dan
masyarakat Papua. Menurut tokoh masyarakat Paniai, Thomas Goo, Sebby Sambom
seharusnya tidak hanya menyalahkan kondisi lapangan, tetapi juga harus
introspeksi diri terkait kepemimpinan dan pola pengorganisasian dalam tubuh
OPM.
“Sebby
Sambom tinggal di luar negeri, bicara dari tempat nyaman. Tapi Marvin Pigai
yang dijadikan pion dan dibiarkan mati perlahan. Ini bukan perjuangan, ini
pengorbanan sia-sia,” tegas Thomas.
Peristiwa
wafatnya Marvin Pigai di tengah minimnya perhatian dan penanganan, menjadi
ironi dan tamparan keras bagi gerakan OPM. Masyarakat pun semakin sadar bahwa
narasi perjuangan yang kerap dikumandangkan ternyata tidak sejalan dengan
realita yang dihadapi oleh para anggotanya sendiri di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar