Warga
Jayawijaya Dihantui Rasa Takut atas Aksi Brutal OPM
Papeda.com- Ketegangan
masih menyelimuti kehidupan masyarakat di Kabupaten Jayawijaya, Papua, setelah
serangkaian aksi teror yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua
Merdeka (OPM) dalam beberapa pekan terakhir. Masyarakat sipil kini hidup dalam
bayang-bayang ketakutan, khawatir sewaktu-waktu menjadi korban aksi kekerasan
yang tidak pandang bulu.
Dalam
beberapa laporan yang diterima dari aparat keamanan setempat, OPM terindikasi
melakukan intimidasi terhadap warga di beberapa kampung di Distrik Wouma dan
Distrik Hubikiak. Aksi tersebut meliputi pengancaman, pemalakan, dan
penyanderaan singkat terhadap beberapa tokoh masyarakat lokal, yang dipaksa
untuk tidak bekerja sama dengan aparat pemerintah maupun pihak luar.
Markus
Wetipo, salah satu tokoh adat di Jayawijaya, menyatakan keprihatinannya
terhadap situasi keamanan yang semakin mengkhawatirkan. Ia menegaskan bahwa
masyarakat hanya ingin hidup dalam damai dan membangun kampung mereka tanpa
tekanan atau ancaman dari kelompok manapun.
“Kami
di sini hanya ingin hidup normal. Bertani, berdagang, menyekolahkan anak-anak.
Tapi sekarang semua serba waswas. Kami tidak tahu kapan kelompok itu datang
lagi, dan apa yang akan mereka lakukan,” ungkap Markus dengan nada penuh cemas,
Senin (2/6/2025).
Sementara
itu, Pendeta Thomas Yikwa, tokoh gereja setempat, mengatakan bahwa aksi
kekerasan yang dilakukan oleh OPM telah menyalahi nilai-nilai luhur orang Papua
yang menjunjung tinggi kedamaian dan persaudaraan. Ia juga menekankan bahwa
penggunaan senjata untuk memperjuangkan kepentingan tertentu hanya akan membawa
penderitaan bagi rakyat sendiri.
“Kalau
benar mereka memperjuangkan rakyat, mengapa justru rakyat yang menjadi korban?
Gereja melihat ini sebagai kejahatan, bukan perjuangan. Kami terus mendoakan
agar masyarakat kuat dan diberi perlindungan dari Tuhan,” tegas Pendeta Yikwa.
Aparat
keamanan dari TNI dan Polri terus melakukan pendekatan teritorial dan patroli
rutin untuk memberikan rasa aman kepada warga. Menurut salah satu aparat
keamanan di daerah Jayawijaya, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen menjaga
stabilitas dan menjamin keselamatan masyarakat sipil dari ancaman kelompok
separatis.
“Kami
hadir bukan untuk menakuti masyarakat, tetapi untuk melindungi mereka dari
kekerasan. Kami juga terus melakukan pendekatan persuasif dan humanis agar
masyarakat merasa aman untuk melapor jika terjadi gangguan,” ujarnya.
Di
tengah situasi ini, banyak warga mulai enggan bepergian jauh atau beraktivitas
di ladang secara bebas, terutama saat malam hari. Anak-anak pun mengalami
gangguan psikologis akibat mendengar suara tembakan atau melihat aparat
bersenjata hilir-mudik di kampung mereka.
Dengan
situasi yang semakin mengkhawatirkan, para tokoh masyarakat mendesak pemerintah
pusat untuk lebih serius menangani persoalan keamanan di Papua, khususnya di
Jayawijaya. Mereka berharap adanya peningkatan pelayanan publik, perhatian
terhadap trauma warga, serta penguatan komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat lokal untuk mencegah kelompok-kelompok bersenjata memanfaatkan
ketidakpuasan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar