Memanas!
Sebby Sambom dan Egianus Kogoya Berselisih, Sambom Sebut Egianus Pengkhianat
Rakyat Papua
Papeda.com- Ketegangan
internal semakin meruncing di tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah
pernyataan keras dilontarkan oleh juru bicara OPM, Sebby Sambom, yang menyebut
pemimpin kelompok bersenjata Egianus Kogoya sebagai pengkhianat rakyat Papua.
Konflik verbal ini menjadi bukti nyata bahwa perpecahan dalam tubuh kelompok
separatis tersebut tidak bisa lagi disembunyikan dari publik.
Dalam
pernyataan daring yang beredar melalui kanal media luar negeri yang biasa
digunakan OPM, Sebby Sambom mengkritik keras tindakan Egianus yang dianggap
semakin brutal dan tidak selaras dengan “perjuangan politik” yang diklaim oleh
OPM selama ini. Sambom menuding Egianus hanya membawa penderitaan bagi rakyat
Papua karena terus melakukan aksi kekerasan terhadap warga sipil, termasuk
perempuan dan anak-anak.
"Egianus
bukan lagi pejuang, melainkan pemimpin kelompok liar yang mencederai martabat
perjuangan rakyat Papua. Dia menyerang rakyat sendiri dan membunuh tanpa dasar.
Itu bukan revolusi, itu pengkhianatan terhadap Papua," tegas Sambom dalam
pernyataannya, Senin (2/6/2025).
Pertikaian
ini diduga dipicu oleh aksi sepihak yang dilakukan kelompok Egianus Kogoya di
wilayah Nduga dan sekitarnya, termasuk penembakan terhadap guru dan tenaga
kesehatan serta pembakaran fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Banyak pihak menilai bahwa aksi-aksi tersebut semakin menjauhkan OPM dari
simpati publik, terutama masyarakat Papua yang kini menginginkan kedamaian dan
pembangunan.
Dr.
Ferry Wonda, seorang analis konflik dari Universitas Cenderawasih, menyebut
bahwa konflik internal ini merupakan titik balik bagi OPM. "Pernyataan
Sebby menunjukkan bahwa bahkan di dalam kelompok mereka sendiri sudah tidak ada
kesamaan visi. Yang satu bicara politik internasional, yang lain menembaki
rakyat. Ini bukan hanya perpecahan ideologi, tetapi juga perebutan
pengaruh," ujarnya.
Sementara
itu, Pendeta Samuel Tabuni, tokoh gereja Papua, menyampaikan bahwa konflik ini
justru membuka mata banyak pihak bahwa OPM sudah kehilangan arah. "Mereka
bilang berjuang untuk rakyat Papua, tapi justru menyakiti rakyat. Sekarang
mereka bertengkar di depan publik, saling tuduh sebagai pengkhianat. Rakyat
sudah muak," tegasnya.
Situasi
ini kian mengukuhkan pandangan masyarakat bahwa OPM kini hanyalah kumpulan
kelompok yang terpecah dan saling berebut legitimasi, bukan lagi representasi
perjuangan rakyat Papua. Warga sipil di berbagai wilayah pun menyatakan
penolakan terhadap aksi kekerasan yang terus berulang, dan mendukung pendekatan
damai serta pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan
konflik terbuka antara dua tokoh penting dalam OPM, masyarakat Papua semakin
menyadari bahwa harapan untuk hidup damai bukan berada di tangan kelompok
bersenjata, melainkan pada jalan dialog, pembangunan, dan kerja sama antara
pemerintah dan rakyat asli Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar