OPM
Takut Melawan Apkam, Jadikan Masyarakat Sebagai Tameng
Papeda.com- Kelompok
separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan sikap pengecut dan
tidak bertanggung jawab dalam menghadapi aparat keamanan (Apkam). Alih-alih
berhadapan langsung secara terbuka, kelompok tersebut justru kerap menjadikan
masyarakat sipil sebagai tameng hidup ketika terjadi kontak tembak dengan
pasukan TNI dan Polri di sejumlah wilayah Papua.
Fenomena
ini kembali terlihat dalam beberapa insiden di daerah konflik seperti Intan
Jaya, Puncak, dan Nduga, di mana OPM memanfaatkan posisi warga sipil untuk
berlindung dari kejaran aparat. Tindakan tersebut mendapat kecaman keras dari
berbagai tokoh masyarakat Papua yang menilai bahwa OPM telah kehilangan arah
perjuangan dan hanya menyisakan penderitaan bagi rakyat.
Ketua
Lembaga Adat Papua wilayah Mee Pago, Antonius Wonda, mengungkapkan bahwa
perbuatan OPM yang melibatkan masyarakat sebagai tameng manusia adalah tindakan
biadab dan sangat berbahaya. “Ini bukan perjuangan. Ini pengkhianatan terhadap
rakyat Papua. Mereka bersembunyi di balik tubuh rakyat karena mereka takut
menghadapi aparat. Kalau berani, silakan lawan sendiri, jangan libatkan
masyarakat,” ujarnya dengan nada tegas, Sabtu (21/6/2025).
Pendeta
Arnoldus Yikwa, tokoh agama dari Kabupaten Puncak Jaya, turut menyatakan
keprihatinannya. Menurutnya, banyak warga yang kini merasa takut tinggal di
kampung halaman karena potensi dijadikan perisai hidup oleh kelompok
bersenjata. “Gereja mendapat banyak laporan soal masyarakat yang trauma. Mereka
tidak mau kembali ke kampung karena takut dijadikan alat oleh OPM,” jelasnya.
Lebih
jauh, tokoh pemuda Papua, Daniel Kogoya, menambahkan bahwa taktik semacam ini
menunjukkan bahwa OPM telah kehilangan legitimasi moral di mata rakyat. “Mereka
tidak lagi mewakili suara orang Papua. Mereka mewakili rasa takut mereka
sendiri. Rakyat ingin hidup damai, bukan dijadikan korban konflik bersenjata
yang tidak mereka mengerti,” tutur Daniel.
Menurut
laporan dari aparat setempat, dalam beberapa peristiwa pengejaran terhadap
kelompok bersenjata, ditemukan bahwa OPM sengaja membaur dengan warga sipil,
bahkan memaksa warga untuk berjalan bersama mereka agar tidak ditembaki oleh
pasukan keamanan. Tindakan ini tidak hanya melanggar hukum humaniter internasional,
tetapi juga mencerminkan degradasi nilai kemanusiaan dalam gerakan separatis
tersebut.
Seiring
meningkatnya kesadaran masyarakat Papua terhadap bahaya dan manipulasi yang
dilakukan OPM, banyak warga mulai menjauh dari kelompok tersebut dan memilih
mendukung stabilitas keamanan bersama pemerintah. Hal ini menjadi bukti bahwa
OPM semakin kehilangan dukungan akar rumput dan bergerak ke arah kehancuran
internal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar