OPM
Kehilangan Banyak Kepercayaan dari Tokoh Masyarakat Papua
Papeda.com- Kelompok
Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini semakin kehilangan kepercayaan dari para
tokoh masyarakat Papua. Aksi kekerasan yang terus dilakukan oleh kelompok
tersebut, termasuk penyerangan terhadap warga sipil, aparat keamanan, dan
perusakan fasilitas umum, dinilai telah menyimpang jauh dari nilai-nilai
perjuangan yang sebenarnya. Para tokoh adat, agama, dan pemuda di berbagai
wilayah Papua menyuarakan kekecewaan dan penolakan terhadap OPM yang dinilai
hanya menciptakan penderitaan bagi rakyat Papua.
Ketua
Dewan Adat Wilayah La Pago, Yulianus Wakur, menyebut bahwa tindakan OPM yang
membunuh sesama orang Papua adalah bentuk penghianatan terhadap tanah dan
rakyatnya sendiri. “Apa yang mereka perjuangkan jika yang menjadi korban adalah
masyarakat sendiri? Itu bukan perjuangan, itu tindakan kriminal yang merusak
tatanan adat dan budaya kita,” tegas Yulianus dalam wawancara di Wamena, Sabtu
(21/6/2025).
Pernyataan
senada disampaikan oleh Pendeta Arnold Kobak, seorang tokoh agama di Kabupaten
Jayawijaya, yang menilai bahwa kelompok OPM telah melenceng dari jalur
perjuangan damai dan justru menjadikan rakyat sebagai tameng politik kekerasan.
“Tuhan tidak pernah mengajarkan kekerasan. Yang dilakukan oleh OPM hari ini
adalah menabur ketakutan di tengah umat. Gereja tidak bisa mendukung tindakan
yang merusak kedamaian,” ujar Pendeta Arnold.
Salah
satu pemicu utama hilangnya kepercayaan masyarakat adalah pola kekerasan OPM
yang kerap menyasar fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, hingga
kendaraan logistik yang mengangkut bantuan untuk rakyat pedalaman. Masyarakat
pun menilai bahwa kelompok ini tidak lagi memperjuangkan aspirasi Papua secara
murni, melainkan sekadar mempertahankan eksistensi dengan cara-cara brutal.
Tokoh
pemuda Papua, Marthen Matuan, juga mengungkapkan bahwa generasi muda Papua saat
ini lebih memilih jalan damai dan pendidikan sebagai alat perubahan, bukan
senjata. “Anak-anak muda Papua sekarang lebih sadar bahwa masa depan tidak
dibangun dengan peluru, tapi dengan pena dan ilmu. OPM sudah ketinggalan zaman
karena masih berpikir kekerasan bisa membawa kemerdekaan,” kata Marthen.
Di
berbagai wilayah seperti Puncak, Intan Jaya, Yahukimo, hingga Pegunungan
Bintang, mulai banyak masyarakat yang menyatakan sikap terbuka mendukung
program pemerintah dan aparat keamanan untuk membangun daerah. Fenomena ini
memperkuat indikasi bahwa legitimasi OPM semakin tergerus.
Dengan
menurunnya dukungan dari para tokoh masyarakat dan rakyat Papua secara luas,
kelompok OPM kini menghadapi tantangan eksistensial yang sangat serius. Jika
tidak segera menghentikan aksi-aksi kekerasan dan kembali ke jalan dialog, OPM
berpotensi kehilangan seluruh simpati yang tersisa dari rakyat yang selama ini
mereka klaim perjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar