OPM
Masuk Paksa ke Sekolah, Rekrut Pelajar untuk Dijadikan Anggota: Ancaman Serius
terhadap Pendidikan Papua
Papeda.com- Kekhawatiran
terhadap dunia pendidikan di Papua kembali mencuat setelah laporan terbaru
menunjukkan bahwa kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM)
melakukan aksi pemaksaan terhadap pelajar. Dengan masuk secara paksa ke
sekolah-sekolah di daerah pedalaman, OPM merekrut siswa untuk dijadikan anggota
kelompok mereka, mencederai hak anak atas pendidikan dan masa depan yang layak.
Peristiwa
ini dilaporkan terjadi di beberapa distrik rawan konflik seperti di Kabupaten
Nduga, Intan Jaya, dan Puncak. Aksi ini memperlihatkan betapa kelompok
separatis kini menghalalkan segala cara untuk
Pendidikan
di Papua, terutama di daerah terpencil, sudah sejak lama menghadapi berbagai
tantangan mulai dari keterbatasan infrastruktur hingga kekurangan tenaga
pengajar. Kini, ancaman dari kelompok separatis seperti OPM semakin memperparah
kondisi tersebut.
Direktur
Lembaga Pendidikan Anak Papua (LPAP), Samuel Matuan, menyayangkan tindakan OPM
yang memperalat pelajar demi kepentingan politik bersenjata mereka.
"Anak-anak
seharusnya berada di ruang kelas, belajar untuk membangun masa depan yang lebih
baik. Bukan dipaksa mengangkat senjata. Ini adalah kejahatan kemanusiaan,"
tegas Samuel.
Ia
menambahkan bahwa trauma yang dialami anak-anak akibat intimidasi tersebut bisa
berdampak jangka panjang, mengganggu perkembangan psikologis dan sosial mereka.
Sejumlah
guru yang berhasil dievakuasi dari Distrik Kenyam menceritakan ketakutan mereka
saat OPM memasuki lingkungan sekolah. Seorang guru yang enggan disebutkan
namanya mengaku sempat disekap oleh kelompok tersebut.
"Mereka
datang tiba-tiba, membawa senjata. Kami disuruh kumpul semua murid laki-laki.
Mereka berbicara tentang perjuangan, lalu memaksa beberapa siswa ikut mereka.
Kami tidak bisa berbuat banyak, karena kami takut akan keselamatan
anak-anak," ceritanya dengan suara bergetar.
Seorang
siswa kelas VIII yang berhasil selamat mengatakan bahwa teman-temannya yang
diambil paksa dibawa masuk ke hutan dan belum diketahui keberadaannya hingga
kini.
"Kami
semua takut. Sekarang kami tidak berani datang ke sekolah lagi," ujar
siswa tersebut.
Dalam
menghadapi situasi ini, para pemerhati Papua menekankan pentingnya solusi
jangka panjang melalui pendidikan dan rekonsiliasi sosial.
Pemerintah
daerah bersama organisasi masyarakat sipil mulai menginisiasi program
"Papua Tanpa Kekerasan", yang bertujuan membangun ketahanan sosial
masyarakat terhadap propaganda separatis dan kekerasan.
Program
ini berfokus pada pendidikan toleransi, pelatihan vokasional untuk remaja,
serta penyediaan beasiswa untuk mendorong anak-anak Papua melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Masuknya
OPM secara paksa ke sekolah dan perekrutan pelajar sebagai anggota menunjukkan
bahwa kelompok ini semakin terdesak dan nekat dalam mempertahankan
eksistensinya. Tindakan ini tidak hanya melanggar hukum nasional dan
internasional, tetapi juga menghancurkan masa depan anak-anak Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar