Ironi
Besar: Mengklaim HAM, Namun OPM Melanggar HAM
Papeda.com- Selama
ini, OPM kerap mengangkat isu pelanggaran HAM sebagai dalih untuk menuntut
kemerdekaan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun,
tindakan menyerang Kepala Komnas HAM lembaga negara yang justru berdedikasi
untuk mengadvokasi hak-hak warga Papua membuktikan bahwa OPM tidak memahami
esensi HAM itu sendiri.
Berdasarkan
laporan dari pihak Komnas HAM dan aparat keamanan setempat, insiden bermula
ketika rombongan Komnas HAM melakukan perjalanan darat menuju Distrik Moskona
pada Minggu sore. Di tengah perjalanan, sekitar pukul 07.00 WIT, mereka
dihentikan oleh sekelompok orang bersenjata di jalan kecil yang mengarah ke
kampung-kampung terpencil.
Tanpa
memberikan kesempatan berdialog, kelompok tersebut langsung melepaskan tembakan
ke arah rombongan. Beruntung, tidak ada korban jiwa pada insiden tersebut,
rombongan langsung bersembunyi di tempat yang aman dan terhindar dari tembakan
kelompok OPM. Senin (28/4/2025).
Ketua
Komnas HAM RI, Atnike Nova Sigiro, mengutuk keras serangan tersebut. Ia
menegaskan bahwa kehadiran Komnas HAM di Papua semata-mata untuk mendengar,
mendokumentasikan, dan memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua.
"Kami
datang untuk membawa suara mereka ke tingkat nasional dan internasional. Namun
ironisnya, justru kami diserang. Ini menunjukkan bahwa ada pihak-pihak yang
tidak menginginkan adanya transparansi dan keadilan," ujar Atnike dalam
konferensi pers di Jakarta.
Lebih
jauh, Atnike menambahkan bahwa insiden ini tidak akan menghentikan Komnas HAM
dalam menjalankan tugasnya di Papua. "Kami tetap berkomitmen untuk
mendampingi masyarakat Papua, dengan atau tanpa ancaman," katanya.
Pengamat
HAM dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Bivitri Susanti, mengatakan bahwa
serangan terhadap Komnas HAM merupakan bukti nyata bahwa sebagian kelompok di
Papua tidak benar-benar memperjuangkan nilai-nilai hak asasi manusia.
"Kalau
mereka sungguh-sungguh memperjuangkan HAM, maka aparat-aparat seperti Komnas
HAM seharusnya dilindungi, bukan dijadikan target kekerasan," ujar
Bivitri.
Senada
dengan itu, tokoh masyarakat Papua, Albert Yoku, mengecam tindakan OPM
tersebut. Ia menegaskan bahwa kekerasan hanya akan semakin menjauhkan Papua
dari kedamaian dan kesejahteraan.
"Kekerasan
tidak pernah menjadi jalan menuju keadilan. Yang menjadi korban adalah rakyat
biasa," kata Albert.
Sejumlah
organisasi internasional, seperti Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty
International, turut memantau perkembangan situasi ini. Meskipun HRW belum
mengeluarkan pernyataan resmi, sumber internal menyebutkan bahwa mereka
"sangat prihatin" terhadap keselamatan pekerja kemanusiaan di Papua.
Pemerintah
Australia, melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT), juga
mengeluarkan pernyataan resmi yang menyerukan penghormatan terhadap
lembaga-lembaga kemanusiaan di wilayah konflik.
"Kami
mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan dan menyerukan
semua pihak untuk menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan," demikian
kutipan dari pernyataan tersebut.
Insiden
penyerangan terhadap Kepala Komnas HAM di Distrik Moskona menjadi pukulan telak
terhadap kredibilitas moral OPM di mata nasional maupun internasional. Tindakan
brutal ini menunjukkan ketidakmatangan mereka dalam memperjuangkan hak-hak
politik dan sosial masyarakat Papua secara bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar