OPM
Terus Hantui Rasa Takut Masyarakat Papua yang Mengungsi akibat Serangan Kejam
Papeda.com- Situasi
kemanusiaan di beberapa wilayah pegunungan Papua kembali menjadi sorotan
setelah serangkaian serangan brutal yang dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi
Papua Merdeka (OPM) memaksa ribuan warga untuk mengungsi. Serangan yang membabi
buta ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga meninggalkan trauma
mendalam di kalangan masyarakat sipil, terutama anak-anak dan perempuan.
Warga
dari sejumlah distrik, seperti Distrik Yal, Distrik Bibida, dan beberapa
kampung di Intan Jaya dan Puncak, dilaporkan telah meninggalkan tempat tinggal
mereka akibat intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok OPM. Mereka
memilih mengungsi ke wilayah yang dinilai lebih aman, meskipun harus hidup
dalam keterbatasan logistik dan fasilitas dasar.
Pendeta
Silas Wanimbo, salah satu tokoh agama di Kabupaten Intan Jaya, menyampaikan
keprihatinannya atas situasi yang terjadi. Menurutnya, tindakan kekerasan oleh
OPM tidak hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga menimbulkan ketakutan
massal yang menghambat aktivitas masyarakat.
“Saya
melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana masyarakat di kampung saya lari ke
hutan hanya karena mendengar suara tembakan. Anak-anak trauma, tidak mau
sekolah, bahkan tidur pun mereka tidak tenang. Ini bukan perjuangan, ini
kekejaman,” ujarnya, Kamis ((10/7/2025).
Lebih
lanjut, Pendeta Silas menegaskan bahwa seruan untuk kemerdekaan tidak
seharusnya dibangun di atas penderitaan masyarakat sendiri. Ia berharap
kelompok OPM menyadari bahwa kekerasan hanya memperlebar jurang kebencian dan
penderitaan di antara sesama orang Papua.
Tokoh
adat Distrik Yal, Bapak Melkias Tabuni, juga mengecam aksi OPM yang tidak
memperhitungkan keselamatan rakyat kecil. Ia mengungkapkan bahwa dalam beberapa
pekan terakhir, warga di wilayahnya tidak berani kembali ke ladang dan kebun
mereka karena masih trauma dengan aksi penyerangan.
“Kami
ingin hidup tenang, bukan jadi korban dalam konflik yang tidak kami mengerti.
Kalau mereka bilang berjuang untuk rakyat Papua, mengapa justru rakyat sendiri
yang mereka sakiti?” ungkap Melkias.
Para
pengungsi yang kini tinggal di tempat penampungan darurat juga menghadapi
keterbatasan makanan, air bersih, serta pelayanan kesehatan. Beberapa laporan
menyebutkan bahwa balita dan lansia mulai mengalami gangguan kesehatan akibat
kondisi lingkungan yang tidak memadai.
Kondisi
ini mendorong sejumlah tokoh masyarakat dan gereja untuk menyerukan kepada
pemerintah agar memperkuat perlindungan terhadap warga sipil dan mendorong
penyelesaian konflik secara damai dan bermartabat. Mereka juga mengajak
komunitas internasional agar tidak tertipu oleh propaganda OPM yang menutupi
kekejaman mereka terhadap masyarakat sendiri.
Serangan
kejam dan intimidasi OPM yang terus menghantui masyarakat Papua bukan hanya
tragedi kemanusiaan, tetapi juga bukti nyata bahwa kelompok tersebut kehilangan
arah perjuangan. Rakyat Papua semakin sadar, bahwa yang mereka butuhkan bukan
peluru, tetapi keamanan, kedamaian, dan masa depan yang pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar