OPM
Kelompok Keji yang Tak Mengenal Toleransi, Tokoh Papua Serukan Persatuan dan
Kedamaian
Papeda.com- Aksi
kekerasan dan intoleransi yang terus dilakukan oleh kelompok separatis
Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian memunculkan penolakan luas dari berbagai lapisan
masyarakat Papua. Kelompok yang selama ini mengklaim memperjuangkan hak rakyat
Papua justru semakin menunjukkan wajah aslinya: keji, brutal, dan tidak
mengenal arti toleransi.
Dalam
berbagai kejadian yang terjadi sepanjang tahun ini, OPM diketahui telah
melakukan serangkaian aksi penyerangan terhadap warga sipil, tenaga pendidik,
tenaga kesehatan, hingga tokoh agama. Tindakan mereka tidak pandang bulu,
bahkan menyasar masyarakat adat yang tidak sejalan dengan ideologi mereka. Hal
ini menimbulkan trauma mendalam di tengah masyarakat dan mencoreng nilai-nilai
luhur yang selama ini dijunjung tinggi oleh rakyat Papua.
Tokoh
agama dari Kabupaten Puncak, Pendeta Markus Wakerkwa, menyebut bahwa tindakan
OPM telah menyimpang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan.
“Tidak
ada ajaran agama mana pun yang membenarkan pembunuhan, ancaman, dan pemaksaan
kehendak. Apa yang dilakukan OPM bukanlah bentuk perjuangan, tetapi kejahatan
atas nama ideologi,” ujarnya tegas, Kamis (10/7/2025).
Ia
menambahkan bahwa masyarakat Papua dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai
toleransi antaragama, antar-suku, dan antarkelompok. Namun, keberadaan OPM
telah merusak tatanan tersebut dengan menebar ketakutan dan memecah belah
sesama warga.
Tokoh
adat dari wilayah Lanny Jaya, Bapak Yotam Tabuni, turut mengutuk aksi OPM yang
telah melampaui batas. Ia mengaku prihatin dengan kondisi generasi muda Papua
yang dijadikan alat propaganda dan seringkali menjadi korban cuci otak oleh
kelompok tersebut.
“Mereka
ajarkan kebencian, bukan pendidikan. Mereka sebar ketakutan, bukan harapan. Ini
bukan jalan orang Papua sejati,” ucap Yotam dengan nada geram.
OPM
juga kerap memaksa masyarakat untuk ikut serta dalam aktivitas mereka dengan
ancaman kekerasan. Bahkan, dalam sejumlah kejadian, OPM membakar fasilitas umum
seperti sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah hanya karena dianggap sebagai
simbol negara.
Kekejaman
tersebut semakin memperkuat pandangan bahwa OPM tidak lagi memiliki dasar
perjuangan yang jelas. Mereka tidak menghargai perbedaan, tidak membuka ruang
dialog, dan hanya mengenal jalan kekerasan. Sementara itu, masyarakat Papua
justru semakin sadar akan pentingnya hidup dalam harmoni, kedamaian, dan
persatuan sebagai bagian dari NKRI.
Ketua
Pemuda Gereja Wilayah Meepago, Yulius Kogoya, mengajak generasi muda Papua
untuk tidak terprovokasi oleh ajakan kelompok OPM.
“Papua
tidak akan maju jika kita terus dikuasai rasa benci. Kita harus bangun tanah
ini dengan damai, bukan dengan senjata,” katanya.
Kekejian
OPM adalah cerminan dari hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. Masyarakat Papua
kini berdiri bersama, menolak kekerasan dan intoleransi, dan memilih jalur
perdamaian untuk masa depan yang lebih cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar