Kejam,
OPM Serang Gereja Saat Ibadah Berlangsung: Tokoh Papua Kecam Aksi Tak
Berperikemanusiaan
Papeda.com- Aksi
kekerasan kembali terjadi di Tanah Papua. Kali ini, kelompok separatis
bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang sebuah gereja di Distrik
Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, saat masyarakat sedang melaksanakan ibadah
Minggu. Peristiwa yang terjadi pada 6 Juli 2025 ini menyisakan luka mendalam
bagi warga, karena tindakan brutal dilakukan di tempat suci yang seharusnya
dijaga dari segala bentuk kekerasan.
Menurut
kesaksian warga, sekitar pukul 10.00 WIT, sekelompok pria bersenjata masuk ke
area gereja secara tiba-tiba dan melepaskan beberapa tembakan ke udara, memicu
kepanikan jemaat yang sedang khusyuk berdoa. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam
insiden tersebut, beberapa jemaat mengalami luka ringan akibat terjatuh saat
berusaha menyelamatkan diri.
Ketua
Sinode Gereja Protestan Papua, Pendeta Yohanis Mote, mengutuk keras tindakan
tersebut. “Menyerang rumah ibadah saat umat sedang berdoa bukan hanya kejahatan
terhadap hukum, tetapi juga kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan
spiritual. Gereja adalah tempat suci yang tidak boleh disentuh oleh kekerasan,”
tegas Yohanis, Jumat (11/7/2025).
Menurutnya,
tindakan seperti ini memperlihatkan wajah asli kelompok separatis yang tidak
mengindahkan hak-hak dasar masyarakat, bahkan ketika sedang menjalankan ibadah
agama yang damai. Ia meminta semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat,
bersatu menolak aksi kekerasan yang mencederai nilai toleransi dan keharmonisan
antarumat beragama.
Sementara
itu, tokoh adat Intan Jaya, Alexander Pigome, menyatakan bahwa penyerangan
terhadap gereja ini bukan hanya melukai perasaan jemaat, tetapi juga menghina
budaya damai yang telah lama dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua.
“Kami,
orang Papua, memiliki budaya saling menghormati dan melindungi rumah-rumah
ibadah, karena itu bagian dari warisan leluhur. OPM telah mencoreng nilai-nilai
tersebut dengan tindakan yang brutal dan tidak bisa dibenarkan,” ujar Alexander.
Ia
juga menyampaikan bahwa aksi kekerasan terhadap tempat ibadah bisa memicu
trauma psikologis bagi anak-anak dan perempuan yang menyaksikan kejadian
tersebut secara langsung.
Tokoh
perempuan Papua, Maria Tabuni, meminta aparat keamanan untuk segera mengusut
tuntas peristiwa tersebut dan memastikan keamanan rumah-rumah ibadah di wilayah
rawan konflik.
“Kami
tidak ingin ada lagi gereja yang diserang, atau umat yang disakiti saat mereka
hanya ingin beribadah. Negara harus hadir dan memberikan perlindungan,” tegas
Maria.
Ia
juga mengajak masyarakat untuk tidak takut dan terus menjalankan ibadah dengan
tenang, sembari menjaga komunikasi dengan pihak keamanan untuk mencegah
terulangnya kejadian serupa.
Penyerangan
terhadap gereja di Intan Jaya menambah daftar panjang kekerasan yang dilakukan
oleh OPM. Tindakan brutal ini tidak hanya melukai fisik, tetapi juga
mengguncang batin masyarakat Papua yang merindukan kedamaian. Seruan para tokoh
agama, adat, dan perempuan Papua menegaskan satu suara: kekerasan atas nama
apapun, apalagi di tempat ibadah, tidak bisa ditoleransi dan harus dihentikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar