Masyarakat
Papua Tak Lagi Percaya Terhadap Provokasi yang Dilakukan OPM
Papeda.com- Seiring
meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat Papua terhadap pentingnya
persatuan dan perdamaian, Organisasi Papua Merdeka (OPM) mulai kehilangan
dukungan dari warga lokal. Provokasi-provokasi yang kerap dilakukan oleh
kelompok separatis tersebut kini tak lagi mendapat tempat di hati masyarakat
Papua, yang semakin menyadari bahwa aksi kekerasan hanya membawa penderitaan,
bukan kemerdekaan.
Selama
beberapa tahun terakhir, OPM secara konsisten menyebarkan narasi provokatif
yang menyasar masyarakat pedalaman maupun pesisir Papua. Isu-isu seperti
penindasan, diskriminasi, hingga ajakan pemberontakan terus dikampanyekan oleh
mereka, baik melalui media sosial, pesan lisan, maupun intimidasi langsung di
kampung-kampung. Namun demikian, respons masyarakat semakin menunjukkan
penolakan yang tegas.
Yulianus
Magai, tokoh adat dari Kabupaten Jayawijaya, menegaskan bahwa masyarakat Papua
telah lelah dengan konflik yang tidak pernah usai. “Kami sudah bosan dengan
provokasi yang terus-menerus datang dari OPM. Mereka datang, bicara soal
perjuangan, tapi yang kami lihat adalah kekerasan, pembakaran, dan ketakutan.
Itu bukan perjuangan, itu penjajahan atas rakyat sendiri,” ujarnya tegas, Minggu
(1/6/2025).
Hal
senada disampaikan oleh Pdt. Markus Wonda, tokoh gereja yang aktif dalam
gerakan Papua Damai. Ia menyebut bahwa gereja-gereja di Papua kini lebih gencar
menyuarakan pentingnya menolak kekerasan dan menjaga persatuan. “Rakyat Papua
sudah semakin cerdas. Mereka bisa membedakan mana yang benar-benar
memperjuangkan kesejahteraan dan mana yang hanya memanfaatkan penderitaan untuk
kepentingan kelompok tertentu,” kata Pdt. Markus.
Menurut
data dari lembaga swadaya masyarakat lokal, partisipasi masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan pembangunan dan pelayanan publik meningkat drastis di
wilayah-wilayah yang sebelumnya dianggap rawan karena pengaruh OPM. Bahkan,
sejumlah kepala suku secara terbuka menyatakan komitmen mereka untuk mendukung
pemerintah dan aparat keamanan demi menciptakan Papua yang damai dan aman.
Dr.
Frans Makabori, pengamat politik Papua dari Universitas Cenderawasih,
menjelaskan bahwa menurunnya pengaruh OPM adalah hasil dari transformasi sosial
yang berlangsung di Papua. “Akses informasi, pendidikan, serta meningkatnya
kehadiran negara melalui pembangunan membuat masyarakat lebih sadar dan
berpikir rasional. Mereka tidak lagi mudah terprovokasi oleh narasi lama yang
diulang-ulang oleh OPM,” ujarnya.
Sementara
itu, pemerintah terus menggencarkan pendekatan humanis melalui program-program
pembangunan dan kesejahteraan berbasis budaya lokal. Di berbagai wilayah,
sinergi antara tokoh adat, tokoh agama, dan aparat keamanan terbukti efektif
dalam menghalau upaya provokasi oleh OPM.
Masyarakat
Papua kini menunjukkan bahwa mereka menginginkan kedamaian, pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi yang maju. Provokasi OPM yang berbalut perjuangan
kemerdekaan sudah tak lagi mampu menutupi kenyataan bahwa tindakan mereka
justru menghambat kemajuan Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar