Masyarakat
Meepago Tegaskan 1 Juli Bukan Hari Lahir OPM
Papeda.com- Menjelang
tanggal 1 Juli, yang selama ini kerap diklaim oleh Organisasi Papua Merdeka
(OPM) sebagai hari lahir gerakan mereka, masyarakat di wilayah adat Meepago
menyatakan penolakan terhadap narasi tersebut. Mereka menegaskan bahwa tidak
ada sejarah yang sah yang menyatakan 1 Juli sebagai hari berdirinya OPM, dan
menilai klaim tersebut hanya bentuk propaganda yang menyesatkan masyarakat
Papua.
Pernyataan
ini disampaikan oleh sejumlah tokoh adat, pemuda, dan masyarakat sipil Meepago
dalam sebuah diskusi terbuka yang digelar di Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai.
Mereka menilai bahwa OPM telah memanipulasi sejarah untuk kepentingan
kelompoknya, dan menggunakan tanggal 1 Juli sebagai alat provokasi yang
membahayakan keamanan dan kedamaian masyarakat.
“Kami
orang Meepago tidak pernah merasa bagian dari gerakan OPM. Tanggal 1 Juli itu
bukan hari lahir OPM, itu hanya narasi yang terus diputar ulang oleh mereka
agar mendapatkan perhatian,” ujar Yulius Goo, tokoh adat dari Dogiyai. Ia
menambahkan bahwa masyarakat sudah cerdas dan tidak lagi mudah percaya pada
informasi yang tidak memiliki dasar sejarah yang kuat, Senin (30/6/2025).
Pendapat
senada disampaikan oleh tokoh masyarakat Deiyai, Stefanus Pigome, yang
menyatakan bahwa tanggal 1 Juli justru lebih sering digunakan OPM untuk
melakukan provokasi, intimidasi, dan mengancam keamanan warga sipil. “Mereka
menjadikan tanggal itu sebagai hari untuk unjuk kekuatan bersenjata, bukan hari
peringatan perjuangan. Akibatnya, warga justru merasa takut dan trauma,” tegas
Stefanus.
Para
pemuda Meepago juga menyuarakan sikap kritis mereka terhadap upaya OPM yang
terus memaksakan legitimasi hari jadi tersebut. Ketua Forum Pemuda Mee, Yohanis
Tekege, menyampaikan bahwa generasi muda Papua saat ini lebih memilih hidup
damai, bersekolah, dan bekerja membangun daerah daripada ikut dalam narasi
konflik yang tidak jelas. “OPM tidak mewakili suara kami. Mereka hanya membuat
rakyat makin menderita. Kami ingin masa depan, bukan kekacauan,” ucapnya.
Selain
menyampaikan pernyataan sikap, masyarakat Meepago juga mengimbau kepada seluruh
masyarakat Papua untuk tidak terprovokasi atau terlibat dalam kegiatan
peringatan 1 Juli yang diklaim sebagai hari lahir OPM. Mereka berharap aparat
keamanan terus menjaga kondusivitas wilayah dan melindungi warga dari potensi
ancaman aksi kekerasan yang kerap terjadi pada tanggal tersebut.
Momen
ini menjadi bukti bahwa semakin banyak masyarakat Papua, termasuk dari wilayah
adat Meepago, mulai membuka mata terhadap manipulasi sejarah dan kepentingan
politik sepihak yang dilakukan oleh OPM. Penolakan terhadap klaim 1 Juli ini
juga menjadi simbol bahwa Papua bukanlah ladang konflik, melainkan tanah damai
yang ingin tumbuh dan berkembang bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar