Kedatangan
OPM di Kampung Alutbakon dan Mimin Sebabkan Kematian Warga, Masyarakat
Mengungsi ke Wilayah Aman
Papeda.com- Situasi
keamanan di wilayah Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, kembali
terganggu akibat kehadiran kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua
Merdeka (OPM) Kodap XXXV/Bintang Timur. Sejak kelompok tersebut masuk ke
Kampung Alutbakon dan Kampung Mimin pada Desember 2024, masyarakat mengalami
tekanan, ancaman, hingga jatuhnya korban jiwa.
Menurut
keterangan sejumlah tokoh masyarakat, keberadaan OPM di wilayah tersebut bukan
hanya menimbulkan keresahan, tetapi telah menyebabkan kematian warga sipil yang
tinggal di dua kampung tersebut. Situasi ini memicu eksodus besar-besaran warga
dari Kampung Mimin dan Alutbakon, yang kini memilih mengungsi ke
kampung-kampung terdekat seperti Oktumi, Bumbakon, Yumakot, hingga pusat
Distrik Oksibil.
Yosep
Wambraw, tokoh masyarakat Distrik Oksop, mengungkapkan bahwa masyarakat tidak
lagi merasa aman berada di kampung mereka sendiri. “Warga memilih pergi bukan
karena ingin mengungsi ke hutan seperti yang dikatakan OPM, tapi karena ingin
menyelamatkan diri. Mereka tinggal di rumah keluarga di kampung lain, karena di
Mimin dan Alutbakon mereka diintimidasi dan diancam akan dibunuh bila masih berada
di sana,” jelasnya, Kamis (19/6/2025).
Narasi
yang dibangun oleh kelompok OPM bahwa masyarakat telah mengungsi ke hutan sejak
Desember 2024 dinilai menyesatkan. Faktanya, warga secara sadar dan
terorganisir telah pindah ke kampung-kampung sekitar seperti Oktumi dan Yumakot
untuk menghindari konflik, serta mencari tempat yang aman bagi keluarga mereka.
Tokoh
adat setempat, Markus Telenggen, menambahkan bahwa beberapa warga bahkan
memilih menetap di Distrik Oksibil bukan hanya karena alasan keamanan, tetapi
juga untuk memperbaiki kondisi perekonomian mereka. “Sebagian besar dari mereka
ke Oksibil karena ingin bekerja, anak-anak bisa sekolah, dan mereka merasa
lebih tenang karena ada perlindungan dari aparat keamanan,” ujarnya.
“Setiap
kegiatan bersama aparat seperti kerja bakti atau ibadah selalu menjadi alasan
OPM mengancam warga. Ini menciptakan ketakutan luar biasa di kalangan
masyarakat. Padahal, aparat tidak pernah memaksa, dan kegiatan itu murni untuk
mempererat hubungan,” ujar Lidia Kayame, seorang tokoh perempuan dari Kampung
Bumbakon.
Beberapa
warga yang kini tinggal di Oksibil juga mulai aktif menyuarakan harapan agar
wilayah mereka bebas dari konflik bersenjata. “Kami ingin hidup tenang. Sudah
cukup darah tumpah. Kami rakyat kecil yang hanya ingin sekolah, bekerja, dan
membesarkan anak-anak kami,” ucap Yohanes Kalakmabin, warga eksodus dari
Kampung Mimin.
Kondisi
ini menunjukkan bahwa kehadiran OPM di sejumlah kampung bukan hanya merugikan
negara, tetapi secara langsung menghancurkan kehidupan sosial dan psikologis
masyarakat Papua itu sendiri. Kini, harapan rakyat Papua di Distrik Oksop dan
sekitarnya tertuju pada keamanan yang stabil dan perlindungan dari segala
bentuk ancaman kelompok bersenjata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar