Egianus Kogoya Dikutuk Keras oleh
Kelompok OPM Terkait Aktivitasnya di Wamena
Papeda.com- Ketegangan
internal dalam tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mencuat ke
permukaan setelah nama Egianus Kogoya, salah satu pimpinan kelompok bersenjata
Kodap III Ndugama-Derakma, dikutuk keras oleh rekan seperjuangannya sendiri.
Kecaman tersebut muncul menyusul aktivitas Egianus yang dinilai semakin brutal
dan menyimpang dari prinsip-prinsip perjuangan awal OPM, terutama dalam aksinya
di wilayah Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Sumber
dari dalam kelompok menyebut bahwa tindakan Egianus dalam beberapa waktu
terakhir, seperti penyanderaan warga sipil, pembakaran fasilitas umum, serta
penembakan terhadap masyarakat tidak bersalah, telah menimbulkan keresahan di
antara sesama anggota OPM. Bahkan, sejumlah pimpinan senior OPM menilai bahwa
Egianus telah membawa organisasi ke arah kehancuran dengan menjadikan kekerasan
sebagai alat utama perjuangan.
Tokoh
adat Lanny Jaya, Yonas Tabuni, menilai bahwa apa yang dilakukan Egianus tidak
mencerminkan perjuangan yang beradab. “Perjuangan itu tidak dilakukan dengan
cara menyandera guru, membakar sekolah, dan menakut-nakuti rakyat. Itu bukan
perjuangan, itu teror. Dan rakyat Papua adalah korbannya,” ujarnya, Selasa
(24/62025).
Kecaman
juga datang dari kalangan pemuda. Ketua Forum Pemuda Peduli Papua Damai,
Nikolaus Yikwa, mengatakan bahwa Egianus Kogoya telah kehilangan legitimasi
moral bahkan di mata kelompoknya sendiri. “Ketika dia mulai menyerang
masyarakat dan tidak peduli dengan penderitaan rakyat, maka dia sudah bukan
pejuang. Ia hanyalah ancaman bagi semua pihak, termasuk bagi sesama kelompok
OPM,” tegas Nikolaus.
Sementara
itu, Pendeta Abraham Magai dari Gereja Baptis Papua mengingatkan bahwa tindakan
yang menjurus pada kekejaman terhadap rakyat sendiri tidak bisa dibenarkan atas
nama apa pun, termasuk perjuangan politik. “Apa pun alasannya, menyakiti rakyat
Papua adalah bentuk pengkhianatan. Saya bersyukur jika ada pihak dalam OPM yang
menyadari bahwa Egianus telah melampaui batas,” ujarnya dalam kotbah Minggu di
Wamena.
Masyarakat
di Wamena dan sekitarnya berharap agar konflik bersenjata segera berakhir dan
wilayah mereka kembali aman. “Kami sudah cukup menderita. Kami ingin sekolah
buka, pasar ramai, dan anak-anak bisa bermain tanpa suara tembakan,” kata Maria
Tabuni, tokoh perempuan dari Distrik Asotipo.
Perpecahan
dalam tubuh OPM, terlebih dengan kecaman terhadap sosok sekuat Egianus Kogoya,
menjadi pertanda bahwa perjuangan mereka tidak lagi memiliki satu visi yang
jelas. Masyarakat pun kian sadar bahwa jalan kekerasan hanya akan membawa
penderitaan, bukan kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar