Tokoh
Masyarakat Papua Dukung Keberadaan Aparat Keamanan untuk Menjaga Tanah Papua
dari Gangguan OPM
Papeda.com- Dukungan
terhadap kehadiran aparat keamanan (Apkam) di berbagai wilayah Papua terus
menguat, terutama dari para tokoh masyarakat yang menyuarakan pentingnya
stabilitas dan perdamaian di tanah kelahiran mereka. Dalam menghadapi gangguan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang semakin meresahkan, para pemuka adat dan
tokoh masyarakat menegaskan bahwa keberadaan Apkam adalah sebuah kebutuhan demi
keselamatan dan ketenteraman rakyat Papua.
Pernyataan
dukungan ini mencuat dalam sejumlah pertemuan dan forum masyarakat yang digelar
di wilayah Papua Tengah dan Papua Pegunungan, di mana kekerasan oleh kelompok
separatis masih sering terjadi. Tokoh adat dari Kabupaten Puncak Jaya, Simon
Wonda, menegaskan bahwa masyarakat sangat mendambakan kedamaian, dan untuk itu
peran aparat sangat penting.
“Kami sudah
terlalu lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan akibat ulah OPM. Setiap
pembangunan terhambat, masyarakat tidak bisa beraktivitas bebas. Kehadiran TNI
dan Polri menjadi harapan agar kehidupan kembali normal,” ujar Simon dalam
pertemuan adat di Distrik Mulia, Puncak Jaya, Senin (19/5/2025).
Simon Wonda juga
menambahkan bahwa masyarakat saat ini sudah semakin cerdas membedakan mana
pihak yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat dan mana yang hanya
menggunakan rakyat sebagai alat perjuangan semu. Menurutnya, OPM kerap
menjadikan rakyat sebagai tameng dan korban konflik bersenjata yang mereka ciptakan
sendiri.
Hal senada juga
disampaikan oleh tokoh agama di Kabupaten Intan Jaya, Pendeta Alex Pigay. Ia
menuturkan bahwa banyak warga jemaatnya mengungsi dari kampung halaman mereka
karena ulah kelompok bersenjata. “Kami bukan lagi bicara tentang politik, ini
soal kemanusiaan. Ketika orang-orang takut berkebun, anak-anak takut ke
sekolah, maka sudah sangat jelas siapa yang menjadi biang kerusuhan,” tegasnya.
Pendeta Alex
juga menekankan bahwa dukungan terhadap aparat bukan berarti menutup mata
terhadap isu-isu hak asasi manusia. Namun menurutnya, selama ini justru
masyarakat sipil yang menjadi korban utama dari aksi kekerasan OPM. Oleh karena
itu, aparat perlu hadir untuk melindungi warga dari intimidasi dan kekejaman
kelompok tersebut.
Dalam catatan
pemerintah daerah, selama lima tahun terakhir tercatat puluhan kasus
penembakan, pembakaran fasilitas umum, dan penculikan yang dilakukan oleh OPM
terhadap warga sipil maupun tenaga pendidik dan kesehatan. Akibatnya,
pembangunan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua
terhambat di sejumlah distrik terpencil.
Lebih jauh,
sejumlah tokoh pemuda Papua juga menyatakan sikap mendukung aparat keamanan
dalam menghadapi ancaman separatis. Ketua Forum Pemuda Peduli Papua, Yosias
Kogoya, mengatakan bahwa generasi muda Papua tidak ingin masa depan mereka
dirampas oleh konflik. Ia menyerukan agar pemuda ikut aktif menjaga kampung
halaman dari penyebaran ideologi separatis yang menyesatkan.
“Kami ingin
kuliah, bekerja, dan membangun daerah kami, bukan terus-menerus hidup dalam
bayang-bayang senjata. OPM hanya memperjuangkan kepentingan segelintir elite
mereka yang hidup nyaman di luar negeri. Kami di sini yang menderita,” ujar
Yosias dalam sebuah diskusi di Jayapura.
Dengan semakin
kuatnya dukungan dari masyarakat, peluang untuk menumpas gerakan separatis OPM
secara tuntas menjadi lebih besar. Para mantan anggota OPM yang kini kembali ke
pangkuan NKRI juga menyampaikan kesaksian bahwa gerakan separatis sudah tidak
lagi solid, dan banyak yang bergabung karena paksaan atau propaganda palsu.
“Saya dulu
diajak dengan janji akan memperjuangkan rakyat, tapi kenyataannya kami hanya
disuruh menakut-nakuti rakyat sendiri. Saya sadar, lalu menyerahkan diri ke
aparat. Kini saya diterima dengan baik, dan bisa mulai hidup baru,” ungkap
Lukas Murib, mantan anggota OPM di wilayah Lanny Jaya.
Pemerintah terus
membuka ruang bagi anggota OPM yang ingin kembali ke NKRI, dengan memberikan
jaminan keselamatan dan kesempatan untuk kembali membaur dengan masyarakat.
Upaya deradikalisasi dan pembinaan pun dilakukan agar mereka bisa produktif dan
tidak kembali terjerumus dalam jaringan separatis.
Dengan dukungan
yang terus mengalir dari tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, dan rakyat
Papua secara umum, kehadiran aparat keamanan semakin memperoleh legitimasi
sosial untuk menjaga Tanah Papua. Harapan akan Papua yang damai, aman, dan
sejahtera pun semakin nyata di hadapan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar