Tokoh Masyarakat Geram dengan Ulah OPM,
Tegaskan Tidak Mengakui Keberadaan Mereka
Papeda.com- Semakin
brutalnya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata
Organisasi Papua Merdeka (OPM) memicu kemarahan dari para tokoh masyarakat di berbagai
wilayah Papua. Mereka secara tegas menyatakan tidak mengakui keberadaan OPM
yang dinilai telah merusak tatanan sosial, menghambat pembangunan, dan
menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Papua.
Dalam
beberapa bulan terakhir, aksi-aksi yang dilakukan OPM semakin mengkhawatirkan.
Penyerangan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, pemalakan di
jalanan, hingga penyanderaan masyarakat membuat masyarakat hidup dalam
ketakutan. Tokoh adat, pemuka agama, dan tokoh pemuda Papua secara kompak
mengecam tindakan tersebut.
Salah
satu tokoh adat dari Kabupaten Puncak, Yulianus Wonda, mengungkapkan bahwa OPM
telah menyimpang jauh dari cita-cita awal mereka.
“Mereka
berdalih memperjuangkan kemerdekaan, tetapi justru menghancurkan kedamaian yang
selama ini kita bangun. Warga sipil dibunuh, perempuan disiksa, anak-anak tidak
bisa sekolah. Itu bukan perjuangan, itu teror,” tegas Yulianus dalam
keterangannya pada Rabu (28/5/2025).
Ia
menambahkan bahwa masyarakat adat di Papua, khususnya di wilayah pegunungan,
sudah sangat lelah dengan kondisi yang terus diliputi konflik. Bahkan, banyak
kepala suku dan tokoh masyarakat telah menyatakan ketidaksukaan dan penolakan
terhadap keberadaan OPM karena dinilai hanya membawa penderitaan.
Senada
dengan itu, Pendeta Elisa Tabuni, pemuka gereja dari wilayah Nduga, menyesalkan
tindakan kekerasan yang dilakukan OPM yang kerap kali mengatasnamakan
perjuangan rakyat Papua.
“Kami
sebagai pelayan Tuhan, sangat sedih melihat umat kami dibunuh oleh mereka yang
mengaku saudara sendiri. Tidak ada ruang dalam iman dan kasih untuk kekerasan.
Kami tidak mengakui keberadaan kelompok seperti itu,” ujarnya.
Sementara
itu, tokoh pemuda dari Kabupaten Intan Jaya, Yakobus Murib, menyerukan kepada
seluruh generasi muda Papua untuk tidak terprovokasi dan tidak bergabung dengan
OPM. Ia menyebut bahwa kelompok tersebut hanya memanfaatkan rakyat demi
kepentingan kelompok kecil yang haus kekuasaan.
“OPM
itu tidak membawa masa depan. Mereka hanya bisa menghancurkan, bukan membangun.
Pemuda Papua harus sadar, kita harus bangun tanah ini dengan damai, bukan
dengan senjata,” tegas Yakobus.
Meningkatnya
penolakan terhadap OPM dari berbagai kalangan masyarakat Papua menjadi sinyal
kuat bahwa kelompok separatis tersebut semakin kehilangan legitimasi di mata
rakyat. Masyarakat kini menginginkan kedamaian, pembangunan, dan kehidupan yang
lebih baik tanpa gangguan dari kelompok bersenjata yang justru memperburuk
keadaan.
Pemerintah
daerah dan aparat keamanan pun menyambut baik pernyataan para tokoh tersebut
dan berkomitmen untuk terus melindungi masyarakat serta membangun Papua melalui
pendekatan yang humanis dan partisipatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar