OPM
Sadis, Kini Kaum Perempuan Jadi Target Penyiksaan
Papeda.com- Aksi
kekerasan yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian menunjukkan sisi
kebrutalan yang tak berperikemanusiaan. Tidak hanya menyasar laki-laki, kini
kelompok bersenjata tersebut juga menjadikan kaum perempuan sebagai target
penyiksaan dan intimidasi. Kejadian-kejadian ini semakin mencoreng nilai-nilai
kemanusiaan serta memperparah penderitaan rakyat sipil di tanah Papua.
Dalam
laporan terbaru dari warga Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, seorang perempuan
dilaporkan menjadi korban penyiksaan setelah dituduh sebagai informan aparat
keamanan. Ia diseret, dipukuli, dan dianiaya secara brutal oleh sekelompok
anggota OPM bersenjata. Warga sekitar yang berusaha menolong pun diancam,
sehingga tidak dapat berbuat banyak.
Tokoh
masyarakat setempat, Bapak Daud Mote, menyampaikan rasa pilunya atas insiden
tersebut.
“Perempuan
di Papua adalah tiang keluarga dan simbol kehidupan. Jika mereka diperlakukan
secara biadab seperti itu, maka jelas OPM telah kehilangan moral dan
kemanusiaannya,” kata Daud dalam wawancara singkat, Rabu (28/5/2025).
Ia
juga menambahkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi di wilayah lain seperti
Intan Jaya dan Nduga, di mana perempuan yang sedang mencari bahan makanan atau
mengurus anak-anak justru menjadi sasaran kekerasan oleh kelompok bersenjata.
Pendeta
Yohana Wenda dari Gereja Injili Tanah Papua turut mengecam keras tindakan tidak
manusiawi ini. Ia menyebut penyiksaan terhadap perempuan sebagai pelanggaran
berat terhadap nilai-nilai adat dan agama.
“Dalam
adat Papua, perempuan dijunjung tinggi. Mereka adalah ibu kehidupan. Kekerasan
terhadap mereka bukan hanya melukai tubuh, tapi juga merusak tatanan sosial
kita sebagai bangsa Papua,” ujar Pendeta Yohana dengan nada tegas.
Menurutnya,
banyak perempuan Papua kini hidup dalam ketakutan dan trauma. Mereka tidak
berani keluar rumah, pergi ke kebun, atau bahkan membawa anak-anak ke sekolah
karena takut menjadi korban berikutnya.
Aktivis
perempuan asal Wamena, Melani Tabuni, mengaku miris melihat realitas yang
terjadi di lapangan. Ia menyebut bahwa OPM kini bukan lagi gerakan perjuangan,
melainkan kelompok kriminal yang mengancam kelangsungan hidup rakyat Papua,
terutama perempuan dan anak-anak.
“Perempuan
tidak boleh menjadi korban kekerasan politik. Apa yang mereka lakukan ini
adalah kejahatan yang harus dihentikan. Dunia harus tahu bahwa ada kekejaman
yang sistematis sedang berlangsung,” ujarnya.
Pemerintah
bersama aparat keamanan di Papua kini tengah memperketat pengawasan di daerah
rawan konflik dan membuka ruang aman bagi perempuan korban kekerasan. Lembaga
sosial dan keagamaan juga diimbau untuk aktif dalam proses pemulihan trauma dan
perlindungan hak-hak perempuan Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar