Selain
Kaum Wanita, Anak-Anak di Papua Dijadikan Tameng Hidup oleh OPM
Papeda.com- Kelompok
separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menuai kecaman publik akibat
tindakan brutal mereka yang menggunakan anak-anak sebagai tameng hidup dalam
konflik bersenjata dengan aparat keamanan. Aksi tidak manusiawi ini dinilai
telah melanggar hukum humaniter internasional dan menambah panjang daftar
pelanggaran HAM oleh kelompok tersebut.
Kejadian
terbaru terjadi di Distrik Bibida, Kabupaten Intan Jaya, saat aparat gabungan
TNI dan Polri tengah melakukan patroli pengamanan wilayah pada pekan lalu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari lapangan, sejumlah anggota OPM
terlihat menempatkan anak-anak kecil dan ibu-ibu di garis depan saat mereka
berusaha melarikan diri dari kejaran aparat. Hal ini membuat aparat kesulitan
untuk melakukan tindakan tegas karena mempertimbangkan keselamatan warga sipil
yang tidak bersalah.
Ketua
Lembaga Masyarakat Adat Papua, Yanto Worabay, mengecam keras tindakan OPM yang
dinilainya telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan. "Tidak hanya
menyandera masa depan Papua, mereka juga mempertaruhkan nyawa generasi muda
kita untuk kepentingan kelompok kecil yang haus kekuasaan. Ini bukan
perjuangan, ini kejahatan terhadap rakyat Papua," tegas Yanto, Jumat
(30/5/2025).
Senada
dengan itu, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Aris
Merdeka Sirait, turut mengutuk penggunaan anak-anak sebagai tameng hidup.
Menurutnya, tindakan tersebut bertentangan dengan Konvensi Hak Anak PBB yang
sudah diratifikasi Indonesia. "Anak-anak harus dilindungi dari kekerasan
dan konflik bersenjata. Mereka bukan alat untuk kepentingan politik apa
pun," ujar Aris dalam pernyataan resminya.
Bahkan,
tokoh gereja di Papua, Pdt. Elias Tabuni, turut menyampaikan keprihatinannya.
Ia menyebut bahwa aksi OPM telah jauh melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan
dan adat istiadat Papua yang menjunjung tinggi perlindungan terhadap anak dan
perempuan. "Kami diajarkan untuk melindungi yang lemah, bukan menjadikan
mereka perisai dalam konflik," ungkapnya.
Tindakan
OPM ini juga dinilai sebagai strategi licik untuk memprovokasi aparat keamanan
agar terjebak dalam narasi pelanggaran HAM. Namun, aparat tetap berpegang pada
prinsip kehati-hatian dan mengutamakan keselamatan warga sipil dalam setiap
operasi.
Berbagai
elemen masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, hingga pemerhati anak, kini
menyerukan agar masyarakat Papua tidak terprovokasi dan tetap mendukung
penegakan hukum terhadap OPM. Mereka berharap dunia internasional membuka mata
terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan kelompok separatis tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar