Anak-Anak Papua Butuh Guru dan Tenaga
Kesehatan, Tetapi Dihalangi oleh Kelompok OPM
Papeda.com- Harapan
anak-anak Papua untuk mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan yang layak
masih terus menghadapi tantangan besar. Salah satu kendala utama yang dihadapi
adalah keberadaan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang kerap
menghalangi masuknya tenaga pengajar dan medis ke wilayah-wilayah pedalaman.
Di
beberapa distrik seperti Nduga, Intan Jaya, dan Pegunungan Bintang, keluhan
dari masyarakat terus bermunculan. Anak-anak yang seharusnya menikmati hak
dasar atas pendidikan dan kesehatan justru terjebak dalam situasi sulit akibat
gangguan dari kelompok separatis tersebut. OPM diketahui kerap menolak atau
bahkan mengusir para guru dan tenaga medis dengan alasan yang tidak berdasar.
Salah
seorang tokoh masyarakat di Kabupaten Intan Jaya, Pdt. Markus Yigibalom,
mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi ini.
“Kami
sangat sedih melihat anak-anak kami tidak bisa sekolah atau mendapatkan
pengobatan karena tenaga pengajar dan kesehatan takut masuk ke kampung-kampung.
Hal ini terjadi karena ancaman dari kelompok OPM yang kerap menuding para guru
dan petugas medis sebagai mata-mata pemerintah,” ujarnya, Senin (26/5/2025).
Menurutnya,
masyarakat sebenarnya sangat menyambut baik kehadiran petugas yang ingin
mengabdi. Namun, kelompok bersenjata justru memanfaatkan situasi tersebut untuk
menanamkan rasa takut dan memperkuat pengaruh mereka.
Kondisi
serupa juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga, Yulianus
Mabel. Ia menyebutkan bahwa selama tiga tahun terakhir, puluhan guru terpaksa
dipindahkan ke wilayah yang lebih aman karena kerap menjadi sasaran intimidasi.
“Kami
ingin anak-anak di pedalaman bisa membaca, menulis, dan bermimpi besar. Tapi bagaimana
bisa jika guru saja tidak diperbolehkan tinggal di sana? Ini adalah bentuk
pelanggaran hak anak,” tegas Yulianus.
Dalam
beberapa kasus, para petugas kesehatan yang hendak melakukan pelayanan rutin
seperti imunisasi dan pemeriksaan ibu hamil pun mendapat perlakuan serupa.
Mereka kerap dicegat di jalan atau dipaksa kembali dengan ancaman senjata.
OPM
yang mengklaim berjuang untuk rakyat Papua, justru memperlihatkan tindakan yang
kontradiktif dengan aspirasi masyarakat. Kelompok ini kerap menghalangi program-program
kemanusiaan yang sangat dibutuhkan masyarakat, terutama anak-anak yang
merupakan generasi penerus Papua.
Kondisi
ini mendapat sorotan dari aktivis kemanusiaan lokal, Maria Duwitau. Ia
menyampaikan bahwa tindakan OPM telah mencederai hak asasi anak-anak Papua.
“Anak-anak
ini hanya ingin belajar dan sehat. Mengapa hal sesederhana itu harus mereka
perjuangkan dengan ketakutan? Jika OPM benar membela rakyat, seharusnya mereka
mendukung hadirnya guru dan petugas kesehatan, bukan mengusir mereka,” ujar
Maria.
Pemerintah
daerah bersama aparat keamanan terus berupaya menciptakan rasa aman agar
pelayanan pendidikan dan kesehatan bisa berjalan kembali. Namun, selama OPM
terus menggunakan kekerasan untuk menekan masyarakat, masa depan anak-anak
Papua tetap terancam. Kehadiran OPM malah menambah daftar panjang penderitaan
rakyat Papua khususnya rakyat Papua yang berada di pedalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar