Gangguan OPM Picu Gelombang Pengungsian
Warga Intan Jaya
Papeda.com- Keamanan dan ketentraman masyarakat Intan
Jaya, Papua, kembali terguncang akibat aksi kekerasan yang dilakukan oleh
kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Selain menciptakan ketakutan
yang meluas, kehadiran OPM juga menyebabkan ratusan warga terpaksa mengungsi
demi menyelamatkan diri dari ancaman yang terus meningkat.
Serangkaian gangguan bersenjata yang
dilakukan oleh OPM dalam beberapa minggu terakhir tidak hanya merusak fasilitas
umum, tetapi juga merampas hak dasar masyarakat atas rasa aman. Aksi
penembakan, intimidasi, dan penjarahan membuat warga kehilangan kepercayaan
diri untuk tinggal di kampung halaman mereka.
Menurut laporan dari tokoh masyarakat Intan
Jaya, Yonas Douw, situasi di beberapa kampung telah berubah drastis. Banyak
keluarga yang meninggalkan rumah mereka dan memilih mengungsi ke Pos TNI yang
lebih aman.
“Kami tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Setiap malam kami hidup dalam ketakutan, suara tembakan kerap terdengar.
Anak-anak trauma, orang tua panik. Warga tidak bisa bekerja di kebun atau
bersekolah. Ini bukan kehidupan yang layak,” ujar Yonas kepada media, Selasa
(27/5/2025).
Ia menambahkan bahwa beberapa warga bahkan
memilih berjalan kaki puluhan kilometer menuju daerah lain untuk mencari tempat
yang lebih aman, karena tidak adanya akses transportasi yang aman di tengah
ancaman bersenjata.
Hal ini turut dibenarkan oleh Kepala
Distrik Sugapa, Silas Yogi, yang mengungkapkan bahwa lebih dari 150 warga telah
mengungsi ke kantor distrik dan Pos TNI yang dirasa lebih aman. Sebagian besar
dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
“Kami berusaha semampunya memberikan tempat
tinggal sementara dan bantuan makanan. Namun kemampuan kami terbatas. Yang
dibutuhkan masyarakat sekarang adalah jaminan keamanan agar mereka bisa kembali
ke rumah dan menjalani kehidupan normal,” kata Silas.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Tokoh
Adat Intan Jaya, Pius Kogoya, mengutuk keras aksi OPM yang dianggap tidak lagi
memperjuangkan kepentingan rakyat Papua, melainkan hanya menciptakan
penderitaan baru.
“Mengusir rakyat dari tanah mereka sendiri
adalah tindakan keji. Tidak ada satu pun alasan yang membenarkan tindakan
tersebut. Jika mengaku membela rakyat Papua, seharusnya OPM melindungi, bukan
menakut-nakuti,” tegas Pius.
Kondisi ini mendorong aparat keamanan untuk
meningkatkan patroli dan pengamanan di titik-titik rawan. Namun di sisi lain,
masyarakat berharap pendekatan dialog dan pembangunan dapat terus dilakukan
secara intensif agar akar permasalahan bisa diselesaikan secara damai.
Gangguan yang terus dilakukan oleh OPM
tidak hanya merusak stabilitas wilayah, tetapi juga memukul psikologis
masyarakat lokal yang selama ini hanya ingin hidup damai di tanah kelahirannya.
Kini, suara mereka semakin jelas: mereka menolak kekerasan, dan mendambakan
perdamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar