OPM
Minta Pemerintah Berikan Pendidikan Gratis Lewat Sebby Sambom, Namun OPM
Membunuh dengan Cara Sadis Tenaga Pendidik di Yahukimo
Papeda.com-
Kekerasan yang terus menerus terjadi di Papua, khususnya yang melibatkan
kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), kembali menimbulkan
keprihatinan yang mendalam di seluruh Indonesia. Pada tanggal 21 Maret 2025,
empat orang tenaga pendidik yang sedang mengajar, satu tenaga kesehatan dana
dua lainnya sedang dalam proses identifikasi di Distrik Anggruk, Kabupaten
Yahukimo, ditemukan tewas dengan cara yang sangat sadis dan brutal. Pembunuhan
tersebut diduga dilakukan oleh kelompok OPM, yang belakangan ini justru
mempublikasikan tuntutannya untuk mendapatkan pendidikan gratis bagi masyarakat
Papua melalui pernyataan yang disampaikan oleh Sebby Sambom, seorang juru
bicara OPM. Kontradiksi antara tuntutan yang diajukan dengan tindakan kekerasan
yang dilakukan menambah keprihatinan atas kondisi yang semakin memburuk di
tanah Papua.
Sebby
Sambom, yang dikenal sebagai juru bicara dari Organisasi Papua Merdeka (OPM),
baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Dalam konferensi pers
yang diadakan melalui media internasional, Sebby menyampaikan bahwa OPM
menginginkan pemerintah Indonesia memberikan pendidikan gratis untuk seluruh
rakyat Papua sebagai bentuk penghormatan terhadap hak-hak dasar mereka.
Menurutnya, dengan pendidikan yang layak, masyarakat Papua dapat mengubah nasib
mereka dan memperoleh kesempatan yang lebih baik untuk berkembang.
"Jika
pemerintah benar-benar peduli dengan rakyat Papua, mereka harus memberikan
pendidikan yang bebas biaya, tanpa diskriminasi. Kami ingin generasi muda Papua
memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak di luar Papua untuk mendapatkan
pendidikan yang baik," kata Sebby Sambom dalam wawancara tersebut.
Pernyataan
ini disambut oleh sejumlah pihak yang mendukung hak pendidikan bagi masyarakat
Papua. Namun, harapan itu sangat kontras dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan. Tidak lama setelah tuntutan tersebut diumumkan, sebuah tragedi
kemanusiaan terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, yang justru
memperlihatkan bahwa kelompok OPM tidak hanya menuntut hak pendidikan, tetapi
juga melakukan tindakan kekerasan yang sangat mengerikan terhadap para tenaga pendidik
yang tengah berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak Papua.
Pada
pagi hari tanggal 21 Maret 2025, empat orang tenaga pengajar yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia ditemukan tewas dengan luka tembak dan di bakar
hidup-hidup beserta bangunan sekolahan. Mereka adalah bagian dari tim pengajar
yang telah ditugaskan untuk mengajar di Distrik Anggruk, salah satu daerah
terpencil di Kabupaten Yahukimo. Kejadian ini menjadi sorotan luas karena
selain menyayat hati, pembunuhan ini dilakukan dengan sangat brutal dan sadis.
Informasi
yang diterima dari kepolisian setempat menyebutkan bahwa serangan dilakukan
dengan senjata api oleh sekelompok orang yang diduga kuat adalah anggota OPM.
Mereka menyerang para guru yang sedang berada di ruang kelas atau di sekitar
area sekolah tempat mereka mengajar. Sumber-sumber yang tidak ingin disebutkan
namanya menyatakan bahwa penyerang melakukan tindakan kejam tanpa peringatan,
langsung menembak para korban hingga tewas.
Kapolres
Yahukimo, menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan mendalam
terkait kejadian ini. "Kami sedang berusaha mengungkap siapa yang
bertanggung jawab atas peristiwa ini. Tindakan kekerasan yang dilakukan
terhadap para pendidik ini sangat kejam dan tidak bisa diterima. Kami akan bekerja
sama dengan semua pihak untuk membawa pelaku ke pengadilan," ujarnya dalam
keterangannya kepada media.
Tindak
kekerasan terhadap tenaga pendidik ini tidak hanya mengundang reaksi keras dari
masyarakat Papua, tetapi juga dari seluruh Indonesia. Pemerintah pusat langsung
memberikan pernyataan tegas terhadap kejadian ini, dan menegaskan bahwa
kekerasan terhadap tenaga pendidik tidak akan pernah dibenarkan dalam bentuk
apapun.
Pernyataan
dari para tokoh adat Papua juga sangat mengecam tindakan kekerasan ini. Petrus
Wenda, seorang tokoh adat dari suku Dani, menyatakan bahwa tindakan kekerasan
terhadap tenaga pengajar adalah sebuah penghinaan terhadap perjuangan
masyarakat Papua dalam memperjuangkan pendidikan. "Kami tidak mendidik
anak-anak kami untuk melakukan kekerasan. Kami mengajarkan mereka untuk hidup
dengan damai dan saling menghargai. Tindakan ini sangat tidak pantas dan harus
dihentikan," kata Petrus Wenda dalam wawancara dengan media lokal.
Tuntutan
OPM yang meminta pendidikan gratis bagi masyarakat Papua melalui pernyataan
Sebby Sambom seharusnya mendapatkan dukungan dari semua pihak, mengingat
pendidikan adalah hak dasar bagi setiap anak bangsa. Namun, tindakan kekerasan
yang dilakukan terhadap para tenaga pendidik justru memperburuk situasi dan
menunjukkan bahwa ada kontradiksi yang besar antara tuntutan OPM dan tindakan
yang mereka lakukan di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar