Warga
Intan Jaya Serukan Penolakan Kehadiran OPM di Wilayahnya
Papeda.com- Masyarakat Kabupaten Intan Jaya, Papua, kembali menunjukkan sikap tegas terhadap kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang kerap menimbulkan keresahan. Melalui aksi damai yang digelar di beberapa kampung di Distrik Sugapa pada awal pekan ini, warga menyuarakan penolakan keras terhadap kehadiran OPM yang dinilai telah mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Masyarakat
Intan Jaya, Henokh Weya, menegaskan bahwa aksi ini murni berasal dari aspirasi
rakyat. Ia menuturkan bahwa keberadaan OPM tidak membawa dampak positif,
melainkan justru memicu ketakutan dan menghambat pembangunan.
“Kami
tidak ingin anak-anak kami tumbuh dalam suasana konflik. OPM bukan solusi bagi
rakyat Papua, mereka hanya membuat rakyat semakin menderita,” ujar Yakobus,
Rabu (16/7/2025).
Hal
senada disampaikan oleh tokoh pemuda setempat, Fransiskus Kobogau. Menurutnya,
banyak pemuda di kampung-kampung kini kehilangan akses terhadap pendidikan dan
lapangan kerja karena situasi yang tidak kondusif akibat aksi-aksi bersenjata
dari kelompok tersebut.
“Kami
ingin damai. Kami butuh sekolah, rumah sakit, dan jalan yang bagus, bukan suara
tembakan dan ancaman dari kelompok bersenjata. Sudah cukup kami hidup dalam
ketakutan,” ucap Ferdinan.
Pendeta
Lukas Kogoya, tokoh agama dari Intan Jaya, juga menyampaikan kekhawatirannya
atas situasi ini. Ia mengatakan bahwa tindakan OPM telah mencederai nilai-nilai
kemanusiaan dan mencoreng citra Papua yang damai dan religius.
“Mereka
mengatasnamakan rakyat Papua, tetapi apa yang mereka lakukan justru menyakiti
rakyat Papua itu sendiri. Membakar sekolah, menyerang tenaga medis, bahkan
menakuti masyarakat – ini bukan perjuangan, ini tindakan yang tidak manusiawi,”
tegasnya.
Dalam
beberapa bulan terakhir, tercatat sejumlah aksi kekerasan dilakukan oleh
kelompok OPM di wilayah Intan Jaya, termasuk penyerangan terhadap fasilitas
umum dan ancaman terhadap warga sipil. Akibatnya, aktivitas ekonomi lumpuh,
fasilitas pendidikan terhenti, dan warga terpaksa mengungsi ke daerah yang
lebih aman.
Aksi
penolakan warga ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Papua, khususnya di
Intan Jaya, semakin sadar akan pentingnya perdamaian dan tidak lagi
mentoleransi kehadiran kelompok yang merusak tatanan sosial. Dengan kesadaran
dan keberanian warga, harapan akan Papua yang damai dan sejahtera semakin
terbuka lebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar