Pimpinan
OPM Akui Pembakaran Rumah Dinas Bupati Elfis Tabuni, Aksi Sesuai Perintah
Komando
Papeda.com- Aksi
pembakaran rumah dinas Bupati Intan Jaya, Elfis Tabuni, yang terjadi baru-baru
ini, kini mendapatkan pengakuan langsung dari jajaran pimpinan Organisasi Papua
Merdeka (OPM). Pembakaran terjadi pada malam hari dan menyebabkan kerusakan
parah pada bangunan utama serta fasilitas pendukung lainnya. Rumah dinas yang
seharusnya menjadi tempat pelayanan publik dan simbol keberadaan negara di
wilayah tersebut kini tinggal puing-puing, selain itu rumah ibadah dan
fasilitas Pendidikan tidak luput dari aksi keji OPM Meski tidak menimbulkan
korban jiwa, kejadian ini memicu ketakutan dan kekhawatiran masyarakat sekitar,
terutama warga sipil yang tinggal di lingkungan sekitar rumah dinas.
Tokoh
masyarakat Papua, Yonas Kogoya, mengutuk keras aksi tersebut. Menurutnya,
tindakan pembakaran rumah dinas Bupati bukanlah bentuk perjuangan, melainkan
perbuatan destruktif yang tidak membawa manfaat bagi rakyat Papua. “Kalau
mereka benar memperjuangkan rakyat, kenapa justru merusak fasilitas yang
dibangun untuk rakyat sendiri? Ini membuktikan bahwa tujuan mereka tidak
jelas,” ujarnya, Rabu (9/7/2025).
Pendapat
serupa juga disampaikan oleh tokoh pemuda Papua, David Wonda. Ia menilai bahwa
OPM semakin kehilangan arah dengan melakukan aksi kekerasan yang hanya melukai
masyarakat Papua sendiri. “Pembakaran rumah dinas bupati adalah bentuk
frustrasi OPM yang sudah kehabisan legitimasi. Mereka tidak lagi punya dukungan
luas dari rakyat. Malah rakyat yang jadi korban dari setiap aksi mereka,”
ungkapnya.
Para
tokoh agama juga turut mengecam tindakan tersebut. Pendeta Samuel Yatipai dari
Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Papua menegaskan bahwa segala bentuk
kekerasan, termasuk pembakaran, adalah dosa kemanusiaan. “Papua butuh damai,
bukan api. Setiap rumah yang dibakar, itu bukan sekadar bangunan, tapi harapan
masyarakat yang ikut terbakar. Jangan biarkan rakyat Papua terus hidup dalam
ketakutan karena ambisi politik segelintir orang,” tegasnya.
Pengakuan
dari pihak OPM atas insiden ini sekaligus memperjelas bahwa serangan-serangan
terhadap simbol negara dan pemerintahan daerah bukan terjadi secara sporadis,
melainkan bagian dari strategi mereka. Hal ini menjadi tantangan besar bagi
seluruh elemen masyarakat Papua dan pemerintah dalam menjaga stabilitas dan
rasa aman di tengah masyarakat.
Meski
demikian, respons dari tokoh-tokoh Papua menunjukkan bahwa masih banyak suara
yang menolak cara-cara kekerasan. Sebagian besar masyarakat kini mendambakan
kedamaian dan pembangunan, bukan konflik berkepanjangan. Mereka menuntut agar
OPM menghentikan aksi-aksi yang merusak dan lebih memilih jalan dialog yang
damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar