OPM
Dikecam Tokoh Masyarakat Papua Rusak Karakter dan Masa Depan Anak Muda
Papeda.com- Gelombang
kritik terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menguat, kali ini datang
dari para tokoh masyarakat Papua yang menilai bahwa keberadaan kelompok separatis
tersebut telah merusak karakter generasi muda Papua. Alih-alih membina dan
mendidik, OPM justru dianggap menanamkan ideologi kekerasan, kebencian, dan
perpecahan di tengah masyarakat, khususnya pada anak-anak muda yang seharusnya
menjadi harapan masa depan Papua.
Tokoh
adat dari wilayah Pegunungan Tengah, Abner Wenda, menyatakan bahwa OPM telah
menyimpangkan nilai-nilai luhur masyarakat Papua dengan doktrin kekerasan dan
pemikiran radikal. Ia menyebut bahwa banyak anak muda yang tadinya bersekolah
kini malah dibujuk atau dipaksa untuk bergabung dengan kelompok tersebut dan
dijadikan alat propaganda serta kekuatan bersenjata.
“Ini
sangat berbahaya. Anak-anak muda kita seharusnya belajar, berorganisasi dengan
damai, tapi justru dirusak pikirannya dengan paham separatis dan kekerasan. OPM
sudah meracuni masa depan Papua,” kata Abner dalam pernyataan tertulisnya,
Minggu (13/7/2025).
Hal
senada juga disampaikan oleh tokoh pendidikan asal Kabupaten Puncak, Yohana
Telenggen, yang menilai bahwa OPM secara tidak langsung telah menciptakan
generasi muda yang kehilangan arah. Menurutnya, banyak anak remaja di wilayah
rawan konflik yang putus sekolah karena takut, atau karena sudah ikut dalam
aktivitas yang berbahaya.
“Kami
sangat prihatin melihat anak-anak muda kita yang seharusnya duduk di bangku
sekolah, justru diajak angkat senjata. Ini adalah bentuk perampasan masa depan.
Anak-anak itu bukan milik OPM, mereka milik Papua dan bangsa ini,” ujar Yohana
dengan nada tegas.
Selain
membentuk karakter keras dan tidak berpendidikan, OPM juga dinilai sengaja
menjauhkan anak muda dari nilai-nilai agama dan budaya Papua yang cinta damai.
Tokoh agama dari Nabire, Pendeta Markus Mote, menilai bahwa OPM bukan saja
memecah belah masyarakat, tetapi juga telah merusak spiritualitas anak-anak
muda dengan ajaran kebencian.
“Di
gereja kami mengajarkan kasih, damai, dan pengampunan. Tapi OPM justru ajarkan
benci dan kekerasan. Banyak anak muda kehilangan rasa hormat, bahkan pada orang
tua sendiri, karena sudah terbiasa hidup dalam bayang-bayang kekerasan,” ungkap
Pendeta Markus.
Masyarakat
Papua kini menyadari bahwa OPM tidak membawa perubahan positif, terutama bagi
generasi muda. Para tokoh masyarakat, agama, dan adat menyerukan agar seluruh
masyarakat Papua waspada terhadap propaganda OPM, dan mengajak anak-anak muda
untuk kembali ke jalan pendidikan, perdamaian, dan pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar