Sekjen
Umum OPM, Mellyus Okbam Tepmul, Tewas Setelah Tidak Mendapatkan Penanganan
Medis Secara Maksimal
Papeda.com- Kabar
duka datang dari lingkup Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah dikonfirmasi
bahwa Sekretaris Jenderal Umum OPM, Mellyus Okbam Tepmul, telah meninggal
dunia. Kematian Mellyus terjadi dalam kondisi yang tragis, di mana ia tidak
mendapatkan penanganan medis yang layak akibat keterbatasan fasilitas serta
mobilitas kelompok OPM yang bergerak secara sembunyi-sembunyi di hutan dan
wilayah terpencil Papua.
Informasi
yang diperoleh dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Mellyus Okbam Tepmul
mengidap penyakit serius dalam beberapa bulan terakhir. Namun, karena lokasi
persembunyian kelompok OPM yang berada jauh dari akses fasilitas kesehatan
serta ketakutan mereka terhadap aparat keamanan, Mellyus tidak pernah dibawa ke
rumah sakit atau fasilitas medis resmi. Ia hanya mendapatkan perawatan seadanya
oleh rekan-rekannya di tengah hutan belantara Papua, yang akhirnya tidak mampu
menyelamatkan nyawanya.
Seorang
mantan simpatisan OPM yang enggan disebutkan namanya menyampaikan bahwa kondisi
kesehatan Mellyus telah memburuk sejak awal Mei 2025. “Dia mengalami demam
tinggi, sesak napas, dan terus melemah. Tapi tidak ada akses pengobatan. Mereka
takut ketahuan kalau keluar dari hutan,” ujarnya, Minggu (29/6/2025).
Kematian
Mellyus menjadi pukulan bagi internal OPM, khususnya karena ia merupakan salah
satu tokoh yang dikenal sebagai pengatur strategi komunikasi dan logistik
kelompok tersebut. Namun, ironi menyelimuti kematiannya, karena perjuangan yang
ia gaungkan selama ini justru berakhir dalam kesendirian, tanpa fasilitas yang
layak bahkan untuk sekadar bertahan hidup.
Tokoh
masyarakat Papua dari wilayah Saireri, Simon Feran, menyampaikan bahwa kejadian
ini menunjukkan betapa kelompok OPM sebenarnya tidak mampu menjamin keselamatan
anggotanya sendiri. “Jika pemimpinnya saja tidak bisa diselamatkan karena tidak
ada akses medis, bagaimana mungkin mereka bisa memperjuangkan kehidupan rakyat
Papua? Ini cerminan nyata dari kegagalan total,” ujar Simon.
Pendeta
Gereja Injili di Tanah Papua (GITP), Pdt. Yeremias Kossay, menambahkan bahwa
setiap manusia berhak mendapatkan perawatan dan kasih sayang saat sakit. Ia
menyayangkan bagaimana OPM menutup diri dari dunia luar, bahkan ketika nyawa
pemimpinnya sedang dalam bahaya. “Ini bukan perjuangan, ini adalah jalan menuju
kehancuran. Orang yang sakit seharusnya dibawa ke rumah sakit, bukan dibiarkan
meninggal di tengah hutan,” ucapnya dalam khotbah duka, Jumat (27/6).
Kejadian
ini turut mengundang perhatian publik, khususnya masyarakat Papua yang selama
ini menyaksikan berbagai penderitaan akibat konflik berkepanjangan. Banyak
kalangan menilai bahwa kematian Mellyus Okbam Tepmul seharusnya menjadi
momentum introspeksi bagi anggota OPM lainnya untuk kembali ke pangkuan NKRI
dan menjalani kehidupan damai bersama masyarakat.
Kematian
seorang pemimpin tidak seharusnya menjadi awal dendam, tetapi menjadi pelajaran
bahwa jalan kekerasan hanya akan membawa penderitaan, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain. Papua tidak membutuhkan perang, melainkan kasih,
pembangunan, dan kedamaian yang nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar