Masyarakat
Dogiyai Ramai-Ramai Tolak Kehadiran OPM Pasca Aksi Pembacokan Warga Sipil
Papeda.com- Gelombang
penolakan terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mencuat,
kali ini datang dari masyarakat di Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah. Penolakan
tersebut dipicu oleh insiden kekerasan brutal yang dilakukan oleh anggota OPM
terhadap seorang warga sipil yang berujung pada pembacokan secara sadis.
Peristiwa
kekerasan itu terjadi pada awal pekan ini di salah satu kampung di Distrik
Kamu. Korban, yang merupakan warga asli Dogiyai dan tidak memiliki keterlibatan
dengan aparat keamanan atau kegiatan politik apa pun, menjadi sasaran kekerasan
secara tiba-tiba oleh sejumlah kelompok OPM.
Aksi
tersebut sontak memicu kemarahan warga. Masyarakat dari berbagai kampung di
sekitar lokasi kejadian segera berkumpul dan menyuarakan penolakan terhadap
keberadaan OPM yang mereka nilai telah menciptakan keresahan, ketakutan, bahkan
mengancam keselamatan hidup masyarakat sipil.
Tokoh
adat Dogiyai, Manase Kogoya, menyampaikan bahwa tindakan kekerasan terhadap
masyarakat tak bersalah merupakan bentuk pelanggaran nilai adat dan
kemanusiaan.
“Kami
hidup berdampingan secara damai. Tidak ada ruang bagi kekerasan di tanah adat
kami. OPM sudah terlalu sering menyusahkan rakyat. Sekarang kami katakan cukup!
Kami tolak kehadiran mereka di wilayah Dogiyai,” ujar Manase dengan nada tegas,
Jumat (27/6/2025).
Senada
dengan itu, tokoh gereja lokal, Pendeta Yonas Tebai, mengecam keras tindakan
tidak manusiawi yang dilakukan oleh kelompok OPM. Ia menyebut bahwa aksi
pembacokan terhadap warga sipil menunjukkan bahwa kelompok tersebut tidak lagi
memikirkan perjuangan rakyat, melainkan hanya menyebar teror dan penderitaan.
“Perjuangan
sejati tidak dilakukan dengan membunuh saudara sendiri. Gereja berdiri bersama
masyarakat menolak segala bentuk kekerasan, termasuk yang dilakukan oleh OPM,”
tegas Pendeta Yonas dalam pernyataannya di hadapan jemaat.
Aparat
keamanan yang mengetahui kejadian tersebut langsung melakukan patroli dan
peningkatan pengamanan di sejumlah titik rawan di Dogiyai. Sementara itu, warga
menggelar doa bersama dan pertemuan adat sebagai bentuk solidaritas terhadap
korban serta penegasan sikap menolak keberadaan kelompok bersenjata.
Penolakan
masyarakat Dogiyai ini menambah panjang daftar wilayah di Papua yang mulai
secara terbuka menolak kehadiran OPM karena dinilai lebih banyak membawa
kerugian daripada manfaat. Rasa trauma akibat kekerasan yang berulang kali
dilakukan oleh kelompok tersebut telah menciptakan ketakutan yang meluas,
terutama di kalangan ibu-ibu dan anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar