Egianus
Kogoya Berselisih dengan Anggotanya, Kepemimpinan dalam Tubuh OPM Mulai
Ditinggalkan
Papeda.com- Kepemimpinan
Egianus Kogoya sebagai salah satu pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
dilaporkan mulai goyah setelah muncul konflik internal antara dirinya dan
sejumlah anggotanya. Ketidaksepakatan mengenai arah perjuangan, penggunaan
kekerasan terhadap warga sipil, hingga pembagian logistik disebut sebagai
pemicu utama keretakan hubungan dalam kelompok tersebut.
Menurut
informasi yang dihimpun dari sejumlah tokoh masyarakat dan aparat keamanan,
ketegangan ini telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir dan memuncak
ketika beberapa anggotanya secara terbuka menolak perintah Egianus dalam sebuah
rapat tertutup di wilayah pegunungan Papua.
Ketua
Dewan Adat Wilayah Meepago, Markus Dogopia, mengatakan bahwa perselisihan di
tubuh OPM menunjukkan bahwa kelompok ini sudah tidak lagi memiliki arah
perjuangan yang jelas. Menurutnya, tindakan Egianus yang kerap menggunakan
kekerasan terhadap warga sipil bahkan orang Papua sendiri telah menciptakan
ketidakpuasan mendalam dari anggotanya.
“Egianus
terlalu keras dan tidak lagi mendengar suara anggotanya. Banyak yang merasa
perjuangan mereka sudah melenceng jauh dari tujuan awal, yakni kesejahteraan
masyarakat Papua. Kini yang ada hanyalah kekerasan dan penindasan terhadap
rakyat sendiri,” ujar Markus, Jumat (6/6/2025).
Ia
juga menegaskan bahwa masyarakat Papua tidak lagi menaruh simpati pada OPM
karena kelompok ini justru menjadi beban dan ancaman bagi rakyat Papua itu
sendiri.
Senada
dengan itu, tokoh gereja dari Sinode GIDI, Pendeta Yohanis Tabuni, melihat
perpecahan dalam tubuh OPM sebagai momentum bagi anggota yang masih memiliki
hati nurani untuk kembali ke pangkuan NKRI. Ia menilai bahwa kerusuhan yang
kerap dilakukan oleh Egianus dan kelompoknya selama ini hanya memperburuk citra
Papua di mata nasional dan internasional.
“Tidak
ada tempat bagi pemimpin yang menghalalkan kekerasan terhadap rakyatnya
sendiri. Jika masih ada yang memiliki hati nurani, sekarang adalah waktunya
kembali ke jalan damai dan bersatu membangun Papua,” tegas Pendeta Yohanis.
Ia
juga menyerukan kepada seluruh gereja di wilayah konflik agar terus berdoa dan
memberi pembinaan moral kepada para pemuda agar tidak mudah terhasut oleh
janji-janji kosong dari kelompok separatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar