Simpatisan
OPM Serahkan Diri dan Senjata: Bukti Nyata Kecintaan terhadap NKRI
Papeda.com- Komitmen
pemerintah dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan di tanah Papua kembali
menunjukkan hasil positif. Seorang simpatisan Tentara Pembebasan Nasional (TPN)
dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) berinisial AS, secara sukarela menyerahkan
diri kepada aparat keamanan Republik Indonesia. Tidak hanya menyatakan ikrar
setia kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), AS juga
menyerahkan sejumlah barang bukti berupa satu pucuk senjata api jenis M1
Carbine, 45 butir amunisi kaliber 7,62x33mm, satu bendera Bintang Kejora, dan
satu buah noken bermotif Bintang Kejora.
Penyerahan
diri ini dilakukan langsung kepada Komandan Kodim 1709/Yawa, Letkol Inf Baskoro
Wijaya Admanto, sebagai bentuk konkret penyesalan AS atas keterlibatannya dalam
aktivitas kelompok separatis bersenjata. AS yang berasal dari Kampung Ariepi,
Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, menyampaikan keinginannya untuk
hidup damai bersama masyarakat lain di bawah naungan NKRI.
Aksi
penyerahan diri ini tidak hanya menjadi kabar baik bagi aparat keamanan, tetapi
juga menjadi momentum penting dalam upaya meredam konflik horizontal dan
vertikal yang kerap terjadi di beberapa wilayah Papua. Tindakan AS menunjukkan
bahwa masih ada kesadaran di antara individu-individu yang selama ini tersesat
dalam ideologi separatisme, untuk kembali ke jalan yang benar dan
konstitusional.
Menurut
penuturan Letkol Inf Baskoro Wijaya Admanto, AS datang dalam kondisi baik dan
tidak membawa niat permusuhan. “Ia datang dengan itikad baik, menyerahkan diri,
membawa senjata, amunisi, serta simbol-simbol separatis. Ini bukan hanya
simbolik, tetapi juga menjadi bukti konkret bahwa masih ada warga yang menyadari
kekeliruan dan ingin memperbaiki masa depannya dalam bingkai NKRI,” ungkapnya,
Sabtu (10/5/2025).
Senjata
api jenis M1 Carbine yang diserahkan AS merupakan salah satu tipe senjata
semi-otomatis yang lazim digunakan oleh kelompok separatis di wilayah pegunungan
dan pesisir Papua. Penguasaan senjata semacam ini oleh warga sipil jelas
merupakan ancaman bagi keamanan nasional dan masyarakat sipil. Oleh karena itu,
penyerahan senjata ini bukan hanya simbol penyesalan, tetapi juga langkah nyata
dalam mengurangi potensi konflik bersenjata di masa depan.
Begitu
pula dengan amunisi dan atribut separatis seperti bendera dan noken bermotif
Bintang Kejora, keduanya menjadi simbol perlawanan yang telah lama digunakan
OPM dalam propaganda politiknya. Dengan menyerahkan atribut tersebut, AS secara
tidak langsung menanggalkan identitas separatisnya dan memilih untuk kembali
menjadi bagian dari rakyat Indonesia secara utuh.
Dalam
keterangannya, AS mengaku kecewa terhadap kepemimpinan dan tujuan OPM yang kian
melenceng dari semangat perjuangan rakyat Papua. Ia menyebut bahwa gerakan OPM
kini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan elit-elit tertentu dan tidak
lagi berpihak pada masyarakat kecil. “Saya melihat sendiri, rakyat di kampung
menderita, anak-anak tidak bisa sekolah, ekonomi terhambat karena kami justru
menciptakan rasa takut. Saya sadar bahwa perjuangan kami selama ini telah salah
arah,” ujar AS.
Keputusan
AS juga didorong oleh keinginan untuk kembali hidup normal, tanpa bayang-bayang
pengejaran atau pertempuran bersenjata. Ia menyatakan ingin kembali bertani dan
membangun keluarga dalam suasana yang aman dan damai, serta ingin berkontribusi
secara nyata dalam pembangunan daerahnya, khususnya dalam sektor pendidikan dan
pertanian.
Penyerahan
diri AS diharapkan dapat menjadi contoh bagi simpatisan dan anggota OPM
lainnya. Ketika satu per satu anggota kelompok separatis menyadari
kekeliruannya, maka lambat laun struktur kelompok tersebut akan melemah dari
dalam. Apalagi, langkah AS dilakukan dengan membawa senjata dan atribut
kelompok, yang berarti berkurangnya potensi kekerasan dari pihak separatis.
Langkah
AS menyerahkan diri dan senjata adalah bentuk nyata dari kecintaan kepada Tanah
Air. Meski sempat tersesat dalam kelompok separatis, AS memilih untuk
mengakhiri keterlibatannya dan kembali ke pelukan Indonesia. Ini bukan hanya
menunjukkan keberanian pribadi, tetapi juga mempertegas bahwa masih banyak
warga Papua yang mencintai NKRI dan menginginkan kehidupan yang damai, adil,
dan sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar