Seluruh
Elemen Masyarakat Tanah Papua Menolak Keberadaan OPM
Papeda.com- Di
tengah upaya pemerintah dan aparat keamanan (Apkam) dalam menjaga stabilitas di
wilayah Papua, dukungan dari seluruh elemen masyarakat terus mengalir untuk
menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penolakan ini mencerminkan
kesadaran kolektif warga Papua bahwa OPM bukanlah representasi aspirasi rakyat,
melainkan sumber kekacauan, ketakutan, dan penderitaan di Bumi Cenderawasih.
Dalam
berbagai pertemuan, deklarasi, hingga aksi damai, tokoh adat, tokoh agama,
tokoh pemuda, dan masyarakat umum menyatakan sikap tegas: Papua membutuhkan
perdamaian, bukan kekerasan; pembangunan, bukan perpecahan.
Berbagai
komunitas di Papua, mulai dari wilayah pesisir hingga pedalaman, secara terbuka
mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kehadiran OPM. Salah satu deklarasi
penting dilakukan di Wamena, di mana perwakilan adat dari berbagai suku
membacakan pernyataan bersama yang menolak segala bentuk aksi kekerasan dan
separatisme.
Ketua
Lembaga Masyarakat Adat (LMA) wilayah Lapago, Markus Telenggen, menegaskan
bahwa warga Papua saat ini menginginkan hidup damai dan fokus pada pembangunan.
"Kami lelah dengan kekerasan. OPM tidak mewakili kami. Yang kami inginkan
adalah anak-anak kami bisa sekolah dengan aman, petani bisa bekerja tanpa
takut, dan pembangunan terus berjalan," ujar Markus, Minggu (27/4/2025).
Penolakan
ini tidak hanya datang dari kalangan tua. Generasi muda Papua, melalui
organisasi kepemudaan, juga gencar menyuarakan hal serupa. Ketua Pemuda Adat
Papua, Yonas Wenda, menyebut bahwa masa depan Papua terletak pada pendidikan
dan pembangunan, bukan konflik bersenjata. "Cukup sudah darah tumpah di
tanah ini. Kita ingin bergerak maju bersama Indonesia," tegasnya.
Berbagai
insiden penyerangan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, dan teror
bersenjata yang dilakukan oleh kelompok OPM dalam beberapa tahun terakhir telah
memperparah penderitaan masyarakat Papua. Di banyak daerah, OPM kerap memaksa
warga untuk mendukung gerakan mereka dengan ancaman kekerasan.
Salah
seorang warga dari Kabupaten Intan Jaya, yang meminta identitasnya
dirahasiakan, mengatakan bahwa kelompok OPM sering datang ke kampung-kampung
untuk meminta logistik secara paksa. "Kalau tidak diberi, mereka ancam bakar
rumah. Kami hidup dalam ketakutan," ujarnya.
Kondisi
ini memperjelas bahwa OPM telah kehilangan legitimasi di mata masyarakat.
Aksi-aksi mereka lebih banyak membawa ketakutan daripada memperjuangkan
aspirasi rakyat Papua. Masyarakat kini sadar bahwa kekerasan hanya memperburuk
keadaan dan menghambat kemajuan daerah mereka.
Tokoh-tokoh
agama di Papua juga mengambil peran aktif dalam meredakan ketegangan dan
mengajak masyarakat untuk menolak kekerasan. Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba
Ladjar, dalam beberapa kesempatan menyerukan agar masyarakat menjauhi aksi-aksi
separatis dan fokus pada upaya perdamaian.
"Kekerasan
tidak pernah membawa solusi. Kami, gereja-gereja di Papua, mengajak semua umat
untuk menjadi pelaku damai dan menolak segala bentuk tindakan yang memecah
belah persaudaraan kita," ujarnya dalam khotbahnya di Jayapura.
Seruan
damai dari tokoh agama ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan
masyarakat yang mendambakan kehidupan yang aman dan tenteram.
Dukungan
penuh masyarakat Papua terhadap penolakan OPM memperlihatkan bahwa masa depan
Papua berada di jalan damai, bukan jalan kekerasan. Banyak warga kini memahami
bahwa membangun tanah kelahiran mereka lebih penting daripada terjebak dalam
konflik tak berujung.
Berbagai
komunitas di Papua kini aktif dalam program pemberdayaan masyarakat, penguatan
pendidikan, dan usaha kecil menengah (UKM). Anak-anak muda Papua, dengan
semangat baru, memilih jalur pendidikan tinggi dan usaha mandiri daripada
terlibat dalam gerakan separatisme.
Harapan
besar pun tumbuh di seluruh pelosok Papua, bahwa tanah penuh keindahan ini akan
menjadi wilayah yang damai, maju, dan sejahtera, di mana semua warga hidup
berdampingan tanpa rasa takut.
Masyarakat
Papua telah berbicara dengan jelas, mereka menolak OPM dan segala bentuk
kekerasan. Kini saatnya semua pihak bersatu membangun Papua yang lebih baik,
demi masa depan yang cerah untuk generasi yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar