Sebby
Sambom Pelaku Utama yang Mengadu Domba Masyarakat Papua
Papeda.com- Tanah
Papua, yang seharusnya menjadi wilayah damai dan sejahtera di ujung timur
Indonesia, hingga kini masih dibayangi konflik yang terus berulang. Ketegangan
antara kelompok separatis bersenjata dan aparat keamanan, yang diperparah
dengan disinformasi serta hasutan politik, menjadi batu sandungan dalam upaya
pemerintah membangun wilayah ini. Salah satu tokoh yang berperan besar dalam
memperkeruh suasana dan mengadu domba masyarakat Papua adalah Sebby Sambom,
juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka
(TPNPB-OPM).
Sebagai
kelompok separatis, Sebby bukan hanya menyampaikan aspirasi kelompoknya, tetapi
juga kerap melontarkan pernyataan-pernyataan provokatif yang memecah belah
persatuan masyarakat Papua, bahkan memicu konflik horizontal antara sesama
warga sipil. Dalam berbagai kesempatan, Sebby memutarbalikkan fakta,
menyebarkan narasi penuh kebencian, dan menuduh berbagai pihak tanpa dasar yang
jelas.
Dalam
beberapa tahun terakhir, Sebby Sambom aktif menggunakan media sosial dan
saluran komunikasi luar negeri untuk menyebarkan narasi bahwa Papua sedang
dijajah, bahwa rakyat Papua ditindas oleh negara, dan bahwa satu-satunya jalan
keluar adalah kemerdekaan. Narasi ini disampaikan berulang kali, seolah-olah
mewakili suara keseluruhan masyarakat Papua.
Namun
faktanya, masyarakat Papua terdiri dari beragam latar belakang budaya, agama,
dan suku yang hidup berdampingan selama puluhan tahun. Upaya Sebby untuk
menanamkan benih kebencian antar-kelompok di Papua, dengan menyebut warga
non-Papua sebagai “pendatang penjajah” dan mendorong aksi kekerasan terhadap
mereka, telah memicu ketegangan horizontal yang tak jarang berujung pada
konflik terbuka di beberapa daerah.
Kepala
Suku Dani di Lembah Baliem, Yakob Murib, menyatakan bahwa masyarakat Papua
tidak ingin terlibat dalam kekerasan yang didorong oleh hasutan elite separatis
di luar negeri.
“Kami
ingin damai. Kami ingin anak-anak sekolah, kami ingin rumah sakit, jalan yang
baik. Tapi Sebby hanya bicara soal perang dan kebencian,” tegasnya, Rabu
(30/4/2025).
Salah
satu taktik yang digunakan Sebby Sambom dalam mengadu domba masyarakat Papua
adalah dengan menyebarkan disinformasi kepada dunia internasional. Ia kerap
menyampaikan laporan sepihak tentang situasi HAM di Papua, sering kali tanpa
bukti atau data yang akurat. Banyak dari pernyataan yang disebarkannya terbukti
menyesatkan, bahkan bertentangan dengan fakta lapangan.
Provokasi
yang dilakukan Sebby Sambom terbukti berdampak nyata di lapangan. Dalam
sejumlah pernyataan publik, ia secara terbuka membenarkan aksi kekerasan yang
dilakukan oleh kelompok OPM terhadap masyarakat sipil, khususnya terhadap
tenaga kesehatan, guru, dan pekerja pembangunan.
Dalam
insiden penyerangan terhadap para guru di Kabupaten Puncak pada 2023, Sebby
menyatakan bahwa mereka adalah “agen negara” dan pantas menjadi sasaran.
Padahal, para korban adalah warga sipil yang sedang menjalankan tugas
pendidikan di daerah pedalaman.
Pernyataan-pernyataan
seperti itu menunjukkan bahwa Sebby tidak hanya menjadi provokator, tetapi juga
menyokong tindakan teror terhadap rakyat Papua sendiri. Aksi ini menunjukkan
bahwa perjuangan yang diklaim sebagai demi rakyat Papua justru menjadi alat
pemecah belah dan pelukai masyarakatnya sendiri.
Yang
lebih mengkhawatirkan lagi, Sebby Sambom juga menyasar generasi muda Papua
sebagai target utama propaganda separatis. Melalui kanal media sosial dan
jaringan mahasiswa yang terafiliasi dengan gerakan pro-OPM, ia menyebarkan
narasi negatif tentang pemerintah Indonesia, mendiskreditkan pembangunan, dan
menyemai ideologi separatis sejak usia dini.
Badan
Intelijen Negara (BIN) mencatat adanya peningkatan penyebaran materi separatis
di platform digital sejak 2022, yang sebagian besar berasal dari jaringan luar
negeri, termasuk dari Sebby Sambom. Hal ini menjadi ancaman serius bagi
stabilitas jangka panjang, karena generasi muda yang seharusnya menjadi agen
pembangunan justru diracuni dengan kebencian dan ajakan untuk memisahkan diri
dari negara.
Menyadari
bahaya provokasi yang dilakukan oleh tokoh seperti Sebby Sambom, para tokoh
adat, agama, dan pemuda Papua kini semakin aktif melawan narasi kebencian
tersebut. Mereka menggalang solidaritas lintas komunitas dan menyuarakan
pentingnya perdamaian dan pembangunan di Papua dalam bingkai NKRI.
Uskup
Jayapura, Mgr. Yanuarius You, dalam sebuah khotbahnya, mengingatkan masyarakat
agar tidak mudah terprovokasi oleh pihak luar yang tidak hidup di tengah-tengah
penderitaan rakyat Papua.
“Jangan
percaya kepada mereka yang hanya muncul lewat layar, tapi tidak pernah hadir
membantu di tanah ini,” ujarnya.
Keberadaan
Sebby Sambom sebagai provokator yang mengadu domba masyarakat Papua tidak dapat
dipandang sebelah mata. Melalui propaganda, disinformasi, dan hasutan
kebencian, ia menjadi salah satu penghalang terbesar dalam terciptanya
kedamaian di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar