Sebby
Sambom: Dalang di Balik Kekisruhan Tanah Papua
Papeda.com- Konflik
berkepanjangan di Tanah Papua selama beberapa dekade telah menyebabkan banyak
korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta ketertinggalan pembangunan. Di
balik berbagai aksi kekerasan, propaganda, dan disinformasi yang beredar, nama
Sebby Sambom kian mencuat sebagai sosok yang berperan aktif dalam mengobarkan
instabilitas di wilayah timur Indonesia itu. Sebagai juru bicara dari Tentara
Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby
diduga menjadi otak di balik berbagai kekisruhan yang terjadi, baik dari sisi
militerisasi kelompok separatis maupun dari segi narasi propaganda yang
menyasar publik internasional.
Sebby
Sambom dikenal publik sebagai juru bicara kelompok TPNPB-OPM. Dalam berbagai
kesempatan, ia kerap mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan pemerintah
Indonesia dan menghasut masyarakat Papua untuk menolak keberadaan negara.
Namun, di balik perannya sebagai juru bicara, berbagai laporan intelijen dan
investigasi media menyebutkan bahwa Sebby bukan sekadar penyampai pesan,
melainkan aktor utama dalam perencanaan dan koordinasi aksi-aksi kekerasan yang
dilakukan kelompok separatis.
Selain
aktif dalam koordinasi militan OPM, Sebby juga dikenal sebagai penyebar
disinformasi dan propaganda di dunia internasional. Ia kerap menuduh pemerintah
Indonesia melakukan pelanggaran HAM tanpa bukti konkret, serta memutarbalikkan
fakta-fakta lapangan untuk menarik simpati komunitas internasional.
Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia beberapa kali harus memberikan klarifikasi
kepada negara-negara mitra setelah pernyataan Sebby Sambom beredar luas dan
memicu persepsi keliru tentang situasi Papua.
"Setiap
kali ada tindakan tegas aparat terhadap kelompok bersenjata, Sebby akan
langsung menggiring narasi bahwa ini adalah pelanggaran HAM. Padahal, yang
terjadi adalah aparat sedang melindungi warga sipil dari kekerasan
separatis," ungkap salah satu diplomat senior Indonesia yang enggan
disebutkan Namanya, Rabu (30/4/2025).
Bahkan,
dalam beberapa laporan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), informasi yang
disampaikan oleh pihak-pihak pro-OPM yang terafiliasi dengan Sebby sering kali
terbukti tidak akurat dan bersifat sepihak. Hal ini menyebabkan terganggunya
upaya diplomasi yang seharusnya mengedepankan solusi damai dan objektif.
Sebagai
tokoh publik yang berafiliasi dengan kelompok separatis, Sebby Sambom tidak
bisa dilepaskan dari tanggung jawab moril atas berbagai aksi kekerasan yang
terjadi di Papua. Sejumlah insiden berdarah yang dilakukan oleh kelompok
bersenjata OPM, terutama terhadap guru, tenaga kesehatan, pekerja proyek
infrastruktur, dan masyarakat sipil, diduga kuat mendapat justifikasi atau
dukungan moril dari Sebby.
Pada
tahun 2023, dalam kasus pembunuhan brutal terhadap guru honorer dan tenaga
kesehatan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Sebby dengan gamblang menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari “perjuangan revolusioner”.
Pernyataan
tersebut sontak menuai kecaman luas, baik dari dalam negeri maupun masyarakat
Papua sendiri yang merasa dikorbankan dalam konflik yang tak kunjung usai.
"Bagaimana
mungkin seseorang yang mengaku memperjuangkan hak rakyat Papua, justru
membenarkan pembunuhan terhadap rakyatnya sendiri?" tanya Elvira Noken,
aktivis perempuan Papua dan pendiri Forum Masyarakat Cinta Damai.
Menurut
Elvira, Sebby Sambom telah menyalahgunakan posisi dan pengaruhnya untuk
mempertahankan kekerasan, alih-alih mendorong dialog dan rekonsiliasi.
Kehadiran
Sebby Sambom dalam forum-forum internasional, baik secara langsung maupun
melalui siaran pers, telah menimbulkan distorsi terhadap upaya pembangunan yang
dilakukan pemerintah di Papua.
Ia
kerap mengklaim bahwa Papua sedang “dijajah” dan pembangunan yang dilakukan
hanyalah kamuflase militerisasi. Padahal, data menunjukkan bahwa anggaran
otonomi khusus yang dikucurkan untuk Papua setiap tahunnya terus meningkat,
dengan pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan yang berjalan
signifikan.
Sebagai
contoh, pada tahun 2024, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana lebih dari Rp
12 triliun untuk pembangunan Papua dan Papua Barat, termasuk proyek strategis
seperti jalan Trans Papua, peningkatan layanan rumah sakit daerah, dan program
beasiswa anak Papua ke luar negeri. Namun, semua ini acap kali diabaikan atau
dipelintir oleh Sebby dalam narasi anti pemerintah.
Meski
Sebby Sambom terus menyuarakan narasi separatis, gelombang kesadaran masyarakat
Papua untuk mendukung pembangunan dan kedamaian terus menguat. Banyak tokoh
adat, pemuda, dan mantan anggota OPM yang kini menyatakan kembali ke pangkuan
NKRI karena menyadari bahwa kekerasan hanya membawa kerugian.
Fenomena
penyerahan diri dan ikrar setia kepada NKRI dalam beberapa bulan terakhir
menunjukkan bahwa masyarakat Papua semakin menolak jalan kekerasan yang diusung
oleh tokoh-tokoh seperti Sebby.
"Papua
bukan milik satu kelompok atau satu suara. Papua adalah bagian sah dari
Indonesia, dan rakyatnya ingin hidup damai dan sejahtera," tegas Kepala
Suku di Lanny Jaya, Yonas Wenda.
Sebby
Sambom adalah simbol dari upaya destruktif yang terus menghambat perdamaian dan
pembangunan di Papua. Perannya sebagai juru bicara TPNPB-OPM bukan sekadar
menyampaikan pesan, tetapi juga memprovokasi kekerasan, menyebar disinformasi,
dan merusak citra Indonesia di mata dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar