Potensi
Tambang Emas Yahukimo Terkendala Aksi Kelompok Bersenjata OPM
Papeda.com-
Kabupaten Yahukimo di Provinsi Papua Pegunungan dikenal memiliki potensi sumber
daya alam yang sangat melimpah, khususnya tambang emas. Sayangnya, potensi
besar ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal akibat gangguan keamanan yang terus-menerus
terjadi, terutama dari kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka
(OPM).
Alih-alih
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Papua, wilayah Yahukimo justru masuk
dalam daftar kawasan rawan konflik yang menghambat investasi, pembangunan
infrastruktur, dan pelayanan publik. Situasi ini diperparah dengan meningkatnya
aktivitas kekerasan oleh kelompok bersenjata yang kerap menyerang warga sipil
maupun pekerja proyek pemerintah.
Sejumlah
survei geologi dan testimoni masyarakat lokal menyebutkan bahwa wilayah
Yahukimo, terutama di Distrik Seradala, memiliki potensi tambang emas yang
cukup signifikan. Penemuan-penemuan emas secara tradisional di sungai-sungai
kecil dan lereng bukit menandakan keberadaan kandungan emas yang bisa
dikembangkan secara profesional dan berkelanjutan.
Namun,
hingga saat ini, belum ada investasi besar yang masuk untuk mengelola potensi
tersebut. Banyak investor dan kontraktor pertambangan enggan mengambil risiko
akibat situasi keamanan yang tidak menentu. Gangguan dari kelompok bersenjata
seperti penyanderaan, pemalakan, hingga pembunuhan terhadap pekerja menjadi
hambatan utama.
Dalam
beberapa kasus, para penambang rakyat bahkan menjadi korban kekerasan, baik
dari konflik horizontal maupun dari intimidasi oleh kelompok separatis.
Kehadiran
OPM di wilayah Yahukimo telah berdampak langsung terhadap iklim usaha dan
pembangunan daerah. Kelompok ini seringkali menolak kehadiran pemerintah dan
proyek pembangunan dengan alasan memperjuangkan kemerdekaan Papua. Namun
ironisnya, tindakan-tindakan mereka justru menyasar fasilitas umum dan warga
sipil, yang secara tidak langsung menekan ruang hidup dan ekonomi masyarakat asli
Papua sendiri, Senin (14/4/2025).
Pada
awal 2025, sebanyak 11 penambang emas dilaporkan tewas di Distrik Seradala
dalam insiden kekerasan yang diduga melibatkan kelompok bersenjata. Peristiwa
tersebut tidak hanya memunculkan ketakutan di tengah masyarakat, tetapi juga
menegaskan bahwa kekayaan sumber daya alam Yahukimo tidak dapat dimanfaatkan
selama tidak ada jaminan keamanan yang nyata.
Bupati
Yahukimo, Didimus Yahuli, dalam beberapa kesempatan menyatakan keprihatinannya
terhadap kondisi keamanan yang tidak stabil. Ia menegaskan bahwa potensi emas
di daerahnya bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah dan membuka lapangan
kerja bagi masyarakat OAP (Orang Asli Papua), namun semua itu masih sebatas
harapan karena minimnya rasa aman.
“Kami
punya sumber daya alam yang luar biasa, tapi apa gunanya kalau orang tidak bisa
bekerja, berinvestasi, atau bahkan sekadar berjalan aman di kampungnya
sendiri?” kata Didimus dalam sebuah wawancara lokal.
Pemerintah
daerah juga telah mengajukan permintaan kepada pemerintah pusat untuk
meningkatkan pengamanan di wilayah tambang potensial, serta mempercepat
program-program pembangunan berbasis kesejahteraan yang mampu menggerus simpati
terhadap gerakan separatis.
Pihak
aparat keamanan sendiri saat ini terus melakukan operasi penegakan hukum di
wilayah rawan, termasuk di distrik-distrik yang menjadi jalur mobilitas
kelompok bersenjata. Namun operasi ini menghadapi tantangan berat karena medan
yang sulit dan keterbatasan akses komunikasi.
Masyarakat
Yahukimo, terutama generasi muda, menyatakan keinginan besar untuk hidup damai
dan menikmati hasil kekayaan alam mereka secara adil. Mereka berharap ada titik
terang dalam upaya perdamaian dan pengamanan wilayah agar aktivitas ekonomi dan
pembangunan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
“Kami
ingin sekolah, kami ingin kerja, kami tidak mau terus-terusan hidup dalam
ketakutan,” ujar Lani Wetipo, seorang pemuda dari Distrik Dekai yang mengaku
kehilangan dua kerabatnya akibat konflik bersenjata.
Yahukimo
adalah potensi emas yang belum tergarap, bukan karena kekurangan sumber daya,
tapi karena kekurangan rasa aman. Selama OPM terus menggunakan cara-cara
kekerasan, dan masyarakat terus dijadikan tameng atau korban, maka kemajuan di
wilayah ini akan tetap menjadi impian yang tertunda. Pemerintah, aparat
keamanan, dan masyarakat adat perlu duduk bersama untuk menciptakan Papua yang
damai dan sejahtera bagi semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar