OPM
Tegaskan Tidak Bertanggung Jawab atas Tewasnya 11 Penambang di Yahukimo
Papeda.com-
Kelompok bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat
– Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membantah tudingan keterlibatan mereka
dalam insiden penyerangan yang menyebabkan 11 orang penambang tewas di Distrik
Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Pernyataan resmi tersebut
disampaikan melalui juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, pada Minggu
(13/4/2025).
Menurut
pernyataan tertulis yang diterima sejumlah media, Sebby menyebut bahwa aksi
kekerasan tersebut bukan bagian dari operasi militer yang dilakukan oleh Kodap
(Komando Daerah Pertahanan) XVI Yahukimo, salah satu sayap militer TPNPB. Ia
juga menyatakan bahwa kelompoknya tidak pernah menyerang warga sipil tanpa
alasan yang jelas.
"Kami
tegaskan, TPNPB-OPM tidak bertanggung jawab atas kejadian penyerangan terhadap
para penambang di Yahukimo. Itu bukan aksi kami. Kami hanya memerangi aparat
TNI dan Polri sebagai alat penjajahan Indonesia di tanah Papua," ujar
Sebby dalam keterangannya.
Sebby
menambahkan, pihaknya selama ini menjalankan "perang revolusioner"
yang terfokus pada aparat keamanan negara, dan bukan kepada masyarakat sipil
atau warga sipil pendatang, kecuali yang dianggap menjadi bagian dari operasi
intelijen atau bersenjata.
Insiden
berdarah ini terjadi di kawasan tambang emas ilegal yang berada cukup terpencil
dari pemukiman warga. Berdasarkan keterangan awal dari pihak kepolisian dan
militer, 11 jenazah ditemukan di sekitar lokasi tambang dalam kondisi
mengenaskan, diduga kuat menjadi korban penyerangan mendadak oleh kelompok
bersenjata.
Kabupaten
Yahukimo merupakan salah satu wilayah di Papua Pegunungan yang kerap dilanda
konflik antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua.
Aksi-aksi bersenjata oleh kelompok separatis telah menimbulkan kekhawatiran
terhadap keselamatan masyarakat sipil, khususnya para pendatang yang bekerja di
sektor informal seperti pertambangan, perdagangan, dan konstruksi.
Pemerintah
daerah telah berulang kali mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas
penambangan tanpa izin, mengingat tingginya risiko keselamatan dan potensi
konflik dengan kelompok bersenjata maupun antarwarga.
Kepala
Dinas Pertambangan Kabupaten Yahukimo, Albertus Nusi, menyebut bahwa aktivitas
penambangan di kawasan Seradala tidak memiliki izin resmi dan berpotensi memicu
konflik sosial serta kerusakan lingkungan yang serius.
"Kami
terus bekerja sama dengan aparat untuk menutup aktivitas tambang ilegal, namun
di lapangan sangat sulit dikendalikan karena keterbatasan personel dan akses
yang terbatas," katanya.
Pengamat
keamanan dari Universitas Cenderawasih, Yohanis Wenda, menilai pernyataan
TPNPB-OPM tersebut harus ditanggapi dengan serius, namun tetap dilakukan
verifikasi independen. Menurutnya, konflik di Papua tidak bisa hanya
diselesaikan melalui pendekatan keamanan semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar