Ketua
Suku dan Tokoh Masyarakat Papua Kutuk Keras Aksi Kekerasan OPM di Tanah Papua
Papeda.com- Kecaman
keras terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menggema dari berbagai
penjuru Tanah Papua. Kali ini, suara lantang datang dari para ketua suku, tokoh
adat, dan pemimpin masyarakat yang mengecam aksi kekerasan, teror, dan
intimidasi yang dilakukan kelompok separatis bersenjata terhadap rakyat Papua
sendiri.
Para
tokoh menyatakan bahwa tindakan OPM telah mencederai nilai-nilai adat dan
budaya Papua yang menjunjung tinggi kedamaian, persaudaraan, dan penghargaan
terhadap sesama.
“Kami
sangat marah dan terluka. Aksi kekerasan oleh OPM telah menimbulkan
penderitaan, bukan hanya bagi aparat, tapi juga rakyat biasa yang tidak tahu
apa-apa. Ini bukan perjuangan, ini pengkhianatan terhadap Tanah Papua,” tegas
Yonas Wenda, Ketua Suku Hubula di Lembah Baliem, dalam pernyataan tertulisnya,
Senin (21/4/2025).
Selama
beberapa bulan terakhir, berbagai aksi penembakan, pembakaran fasilitas umum,
dan penyanderaan warga sipil terjadi di wilayah Pegunungan Tengah, Intan Jaya,
dan Nduga. Kelompok bersenjata yang mengatasnamakan OPM terus melakukan manuver
bersenjata yang tidak hanya mengganggu stabilitas keamanan, tetapi juga membuat
masyarakat sipil hidup dalam ketakutan dan trauma berkepanjangan.
Tokoh
masyarakat dari Mimika, Hendrikus Magai, menyatakan bahwa OPM telah menyimpang
jauh dari narasi perjuangan rakyat Papua yang seharusnya berlandaskan pada
keadilan dan kemanusiaan.
“Apa
yang mereka lakukan adalah kekerasan brutal, bukan perjuangan. Mereka membakar
sekolah, menyerang guru dan tenaga kesehatan, menyandera masyarakat. Ini jelas
bukan cara orang Papua yang sejati,” ujarnya dalam wawancara bersama media
lokal.
Laporan
dari Lembaga Adat Papua (LAP) menyebutkan bahwa dalam kurun waktu enam bulan
terakhir, sedikitnya 17 ketua suku dan tokoh adat dari berbagai wilayah telah
mengeluarkan pernyataan resmi yang menolak segala bentuk kekerasan oleh OPM.
Penolakan ini juga disertai ajakan kepada generasi muda Papua untuk tidak
terpengaruh oleh propaganda kelompok separatis.
Salah
satu dampak besar dari aksi OPM yang dikecam para tokoh adalah lumpuhnya
pelayanan publik di beberapa daerah terpencil. Sekolah terpaksa ditutup, tenaga
kesehatan diungsikan, dan warga kehilangan akses terhadap bantuan sosial dan
ekonomi.
Pendeta
Abraham Yikwa dari Gereja Kemah Injil Papua menambahkan bahwa kekerasan atas
nama perjuangan hanya akan melahirkan generasi yang terbelenggu oleh dendam dan
kehilangan arah hidup.
“Kami,
tokoh-tokoh agama, mendukung penuh seruan para ketua suku untuk menghentikan
kekerasan. Papua harus bangkit dengan damai, bukan darah dan air mata,”
ujarnya.
Kecaman
keras dari para ketua suku dan tokoh masyarakat Papua terhadap aksi-aksi OPM
menjadi sinyal kuat bahwa rakyat Papua tidak lagi menginginkan konflik dan
kekerasan. Mereka menginginkan perdamaian, pembangunan, dan masa depan yang
lebih baik bagi anak cucu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar