Masyarakat
Papua Sudah Risih dan Terganggu dengan Kehadiran OPM di Kampungnya
Papeda.com-
Kehadiran kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di berbagai kampung
di Papua semakin meresahkan masyarakat setempat. Warga yang sebelumnya hidup
dengan damai kini merasa terganggu dengan berbagai aksi intimidasi dan
kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Banyak masyarakat Papua yang
mulai berani menyuarakan ketidaknyamanan mereka terhadap keberadaan OPM, yang
dinilai hanya membawa ketakutan dan menghambat pembangunan di daerah mereka.
Dalam
beberapa bulan terakhir, warga di berbagai distrik di Papua semakin sering
melaporkan adanya gangguan yang disebabkan oleh kelompok bersenjata dari OPM.
Salah satu warga di wilayah Pegunungan Tengah, yang enggan disebut namanya,
mengungkapkan bahwa kelompok tersebut kerap datang ke kampung mereka dengan
membawa senjata dan memaksa masyarakat untuk mendukung perjuangan mereka.
“Kami
hanya ingin hidup damai dan membangun kampung kami. Tetapi setiap kali mereka
datang, kami merasa ketakutan. Mereka meminta makanan, uang, bahkan mengancam
jika kami menolak membantu,” ujarnya, Sabtu (01/03/2025).
Hal
serupa juga dirasakan oleh masyarakat di daerah lain yang mengalami tekanan
dari OPM. Kelompok ini sering melakukan aksi perampasan sumber daya milik
warga, menghambat akses pendidikan dan layanan kesehatan, serta menebar ancaman
terhadap mereka yang menolak bekerja sama.
Keberadaan
OPM tidak hanya menciptakan rasa takut di tengah masyarakat, tetapi juga
menghambat kemajuan pembangunan di Papua. Berbagai proyek infrastruktur yang
seharusnya meningkatkan kesejahteraan rakyat sering kali menjadi sasaran
gangguan dari kelompok separatis ini.
Kepala
Kampung di Kabupaten Nduga, dalam sebuah pernyataan, menyebutkan bahwa beberapa
proyek jalan dan jembatan yang seharusnya mempermudah akses masyarakat justru
terhambat karena aksi kelompok bersenjata.
“Kami
ingin Papua berkembang. Kami ingin ada sekolah, rumah sakit, dan jalan yang
bagus. Tetapi OPM selalu menghambat. Mereka tidak ingin kami maju,” katanya.
Tidak
hanya itu, sektor pendidikan juga terkena dampak besar. Beberapa sekolah
terpaksa ditutup karena ancaman dari OPM, membuat anak-anak kehilangan hak
mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seorang guru di daerah Intan
Jaya mengatakan bahwa dirinya dan rekan-rekannya sering mendapat ancaman ketika
menjalankan tugas mengajar.
“Kami
hanya ingin anak-anak bisa bersekolah dan memiliki masa depan yang lebih baik.
Tapi mereka malah mengancam kami agar tidak mengajar,” ujar guru tersebut.
Meskipun
mengalami intimidasi dalam waktu yang lama, masyarakat Papua kini mulai
menunjukkan keberanian mereka dalam melawan keberadaan OPM di kampung mereka.
Beberapa kelompok masyarakat secara terbuka menyatakan penolakan terhadap aksi
kelompok separatis tersebut dan meminta aparat keamanan untuk memberikan
perlindungan lebih ketat.
Ondoafi
Yohanis Kogoya, seorang pemimpin adat di wilayah Pegunungan Bintang, menyatakan
bahwa masyarakat sudah tidak ingin lagi hidup dalam ketakutan.
“Kami
ingin Papua damai, kami ingin membangun negeri kami sendiri. Jika OPM terus
mengganggu kehidupan kami, maka mereka bukan saudara kami. Mereka hanya membawa
penderitaan,” tegasnya.
Senada
dengan itu, tokoh agama Pendeta Samuel Wambrauw juga menyatakan bahwa sudah saatnya
masyarakat bersatu untuk menolak kehadiran kelompok-kelompok yang hanya membawa
kekerasan dan menghambat kemajuan Papua.
“Kami
harus berdiri bersama. Tidak boleh ada lagi anak-anak yang kehilangan
pendidikan, tidak boleh ada lagi ibu-ibu yang ketakutan karena kekerasan. Papua
harus damai,” ujarnya.
Pemerintah
bersama aparat keamanan terus berupaya untuk memastikan keamanan masyarakat di
Papua. Operasi pengamanan semakin diperketat di berbagai wilayah yang sering
mengalami gangguan dari OPM. Selain itu, pemerintah juga berupaya mendekati
masyarakat untuk memberikan pemahaman bahwa stabilitas keamanan sangat penting
dalam mendukung pembangunan dan kesejahteraan mereka.
Kapolda
Papua menegaskan bahwa aparat keamanan tidak akan tinggal diam terhadap ancaman
yang diberikan kepada masyarakat.
“Kami
akan terus hadir untuk melindungi masyarakat Papua. Tidak boleh ada pihak yang
mengganggu ketentraman dan kesejahteraan rakyat. Tindakan tegas akan diambil
terhadap siapa pun yang berusaha menciptakan ketakutan di tengah warga,” kata
Kapolda.
Masyarakat
Papua semakin merasa terganggu dengan kehadiran OPM yang terus melakukan aksi
intimidasi, menghambat pembangunan, dan menciptakan rasa takut. Warga kini
mulai berani bersuara menolak kehadiran kelompok separatis tersebut dan meminta
perlindungan dari aparat keamanan. Dengan semakin meningkatnya dukungan
masyarakat terhadap perdamaian dan pembangunan, diharapkan Papua dapat segera
keluar dari bayang-bayang ketakutan dan menuju masa depan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar