Lewat
Sebby Sambom, OPM Tidak Akan Bertanggung Jawab Atas Penembakan Terhadap Tenaga
Pengajar dan Tenaga Kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo
Papeda.com-
Tragedi kekerasan yang terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua,
kembali mengguncang masyarakat Indonesia. Pada 21 Maret 2025, enam orang tenaga
pengajar dan tenaga kesehatan ditemukan satu tewas akibat penembakan dan
lainnya mengalami luka ringan dan berat yang dilakukan oleh kelompok separatis
Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kejadian tragis ini mengundang kecaman luas
dari berbagai pihak, namun dalam pernyataannya, Sebby Sambom, juru bicara OPM,
menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan bertanggung jawab atas insiden
tersebut. Hal ini menambah ketegangan yang telah lama berlangsung di wilayah
Papua, yang saat ini tengah berjuang untuk meraih kedamaian dan pembangunan
yang lebih baik.
Kejadian
pembunuhan ini terjadi di Distrik Anggruk, wilayah yang sebelumnya dikenal
sebagai daerah yang memiliki tantangan besar dalam hal akses pendidikan dan
kesehatan. Enam orang yang terdiri dari tenaga pengajar dan tenaga kesehatan,
yang tengah mengabdi di wilayah tersebut, ditemukan tewas dengan luka tembak di
tubuh mereka. Para korban, yang sebagian besar berasal dari luar Papua, sedang
melaksanakan tugas mereka dalam rangka mengabdi kepada masyarakat setempat.
Para tenaga pengajar tersebut berperan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Papua, sementara tenaga kesehatan berfokus pada
peningkatan layanan medis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Sebby
Sambom, juru bicara OPM yang dikenal karena sering mengeluarkan pernyataan
kontroversial terkait perjuangan kemerdekaan Papua, memberikan tanggapan
terhadap insiden ini. Dalam konferensi pers yang disiarkan oleh media
internasional, Sebby menegaskan bahwa OPM tidak bertanggung jawab atas
penembakan terhadap para tenaga pengajar dan tenaga kesehatan yang terjadi di
Distrik Anggruk.
"Kami,
Organisasi Papua Merdeka, tidak ada kaitannya dengan tindakan penembakan
terhadap tenaga pengajar dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk. Itu bukan
bagian dari perjuangan kami. Jika ada kelompok yang terlibat dalam kekerasan
tersebut, itu adalah tindakan individu yang tidak mewakili OPM," kata
Sebby Sambom, Senin (24/03/2025).
Pernyataan
tersebut semakin memperburuk pandangan terhadap kelompok separatis ini, karena
banyak pihak yang menilai bahwa OPM sering kali berusaha menghindar dari
tanggung jawab atas berbagai insiden kekerasan yang terjadi di Papua. Sebby
juga mengungkapkan bahwa OPM tetap berfokus pada perjuangan untuk meraih
kemerdekaan bagi Papua dan menuntut hak-hak masyarakat Papua.
"Kami
terus berjuang untuk membebaskan Papua dari penjajahan, dan kami berharap bahwa
melalui perjuangan kami, rakyat Papua akan mendapatkan hak-haknya secara penuh,
termasuk dalam hal pendidikan dan kesehatan. Namun, tindakan kekerasan seperti
yang terjadi di Anggruk bukanlah kebijakan resmi kami," tambah Sebby.
Tanggapan
dari tokoh masyarakat dan tokoh adat di Papua semakin menambah kesan bahwa
insiden ini merupakan tragedi yang harus segera diselesaikan. Petrus Wenda,
seorang tokoh adat dari suku Dani, sangat mengecam penembakan yang menargetkan
tenaga pengajar dan tenaga kesehatan. Menurutnya, tindakan tersebut sangat
merugikan masyarakat Papua yang sedang berusaha meningkatkan taraf hidup
mereka.
"Ini
adalah tindakan yang sangat keji. Kami sebagai masyarakat adat Papua sangat
mengutuk kekerasan yang terjadi, apalagi terhadap mereka yang datang untuk
membantu pendidikan dan kesehatan masyarakat kami. Para guru dan tenaga medis
adalah pahlawan bagi kami, mereka adalah orang-orang yang seharusnya dihormati,
bukan dibunuh," ujar Petrus Wenda.
Petrus
menambahkan bahwa kelompok separatis yang mengatasnamakan perjuangan Papua
harus segera menghentikan aksi kekerasan yang tidak hanya merugikan masyarakat
sipil, tetapi juga merusak citra perjuangan mereka. "Kami ingin Papua
damai dan sejahtera. Kekerasan hanya akan memperburuk situasi dan menambah
penderitaan rakyat Papua. Sudah saatnya kita duduk bersama dan mencari jalan
keluar secara damai," tegasnya.
Penembakan
terhadap tenaga pengajar dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten
Yahukimo, adalah tragedi yang sangat menyedihkan. Pernyataan Sebby Sambom yang
membantah tanggung jawab OPM atas insiden ini semakin menambah kompleksitas
masalah di Papua. Di sisi lain, tindakan kejam tersebut telah menimbulkan
keprihatinan yang mendalam dari berbagai pihak, termasuk masyarakat adat Papua,
pemerintah, dan organisasi pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar