Sebby
Sambom Akui Kekerasan yang Dilakukan OPM Banyak Melanggar HAM
Papeda.com- Pengakuan
mengejutkan datang dari juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat –
Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom. Dalam sebuah pernyataan
terbaru, Sebby mengakui bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok
bersenjata OPM di berbagai wilayah Papua telah banyak melanggar hak asasi
manusia (HAM).
Dalam
wawancara yang beredar di media lokal, Sebby menyebut bahwa tidak semua
tindakan kekerasan yang mengatasnamakan OPM sesuai dengan prinsip perjuangan
mereka. Ia menegaskan, banyak insiden yang justru menjadikan warga sipil
sebagai korban.
“Kami
harus jujur melihat kenyataan. Ada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh oknum
di lapangan yang telah melampaui batas dan melanggar HAM. Ini harus diakui dan
dievaluasi,” ujar Sebby, Minggu (17/8/2025).
Pengakuan
ini dianggap sebagai salah satu pernyataan paling terbuka dari pihak OPM
terkait dampak kekerasan terhadap masyarakat sipil.
Tokoh
adat dari Kabupaten Nduga, Markus Wanimbo, menyebut bahwa pengakuan ini adalah
langkah awal, tetapi belum cukup.
“Kalau
sudah mengaku salah, harus berani meminta maaf kepada korban dan keluarganya.
Jangan hanya bicara di media, tapi tindakannya di lapangan harus berubah,” tegas
Markus.
Ia
menambahkan bahwa selama ini rakyat kecil menjadi pihak yang paling menderita,
kehilangan rumah, ladang, bahkan nyawa akibat konflik bersenjata.
Pendeta
Yakobus Tabuni, tokoh gereja dari Lanny Jaya, menilai pernyataan Sebby harus
menjadi momentum bagi OPM untuk mereformasi gerakannya. “Kalau mau bicara
perjuangan, harus pegang teguh nilai kemanusiaan. Jangan sampai rakyat yang
katanya dibela justru menjadi korban. Ini waktu yang tepat untuk berhenti
menargetkan warga sipil,” ujar Pendeta Yakobus.
Pengakuan
Sebby Sambom bahwa banyak aksi OPM melanggar HAM membuka babak baru dalam
diskursus konflik Papua. Namun, publik menegaskan bahwa perubahan nyata di
lapangan adalah satu-satunya bukti keseriusan dari pengakuan ini. Tanpa langkah
konkret, pernyataan tersebut hanya akan menjadi catatan singkat di tengah
panjangnya sejarah penderitaan rakyat Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar