Peringati
Hari Masyarakat Adat, 12 Suku di Yahukimo Tegas Tolak Keberadaan OPM
Papeda.com- Dalam
rangka memperingati Hari Masyarakat Adat, perwakilan dari 12 suku besar di
Kabupaten Yahukimo menggelar pertemuan akbar yang menghasilkan pernyataan sikap
bersama untuk menolak keberadaan dan aktivitas kelompok bersenjata Organisasi
Papua Merdeka (OPM) di wilayah mereka. Kegiatan ini berlangsung di Balai Adat
Yahukimo pada Senin (11/8/2025), dihadiri tokoh adat, tokoh agama, pemuda,
perempuan, serta perwakilan pemerintah daerah.
Pertemuan
dimulai dengan ritual adat yang menandai kesepakatan bersama. Setiap perwakilan
suku kemudian menyampaikan pandangannya terkait ancaman keamanan yang dirasakan
masyarakat akibat keberadaan OPM. Para tokoh menilai, aksi-aksi kekerasan dan
intimidasi yang dilakukan kelompok bersenjata tersebut telah merusak tatanan
sosial, mengganggu perekonomian, dan menimbulkan ketakutan yang mendalam di
tengah warga.
Ketua
Dewan Adat Yahukimo, Yonas Wakerkwa, menegaskan bahwa tanah Yahukimo adalah tanah
damai dan tidak boleh dijadikan arena konflik. “Kami, 12 suku di Yahukimo,
sepakat menolak OPM. Kami tidak mau anak-anak kami tumbuh dengan rasa takut,
kami ingin membangun wilayah ini dengan damai, tanpa kekerasan,” ujarnya.
Tokoh
agama setempat, Pendeta Lukas Wakum, juga menyampaikan hal senada. Menurutnya,
kehadiran OPM justru mencederai nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat adat. “Masyarakat adat menjunjung tinggi persaudaraan dan
saling menghormati. Kekerasan, pembunuhan, dan teror yang dilakukan OPM bukan
bagian dari budaya kita,” tegasnya.
Selain
pernyataan sikap, acara ini juga diisi dengan diskusi publik tentang pentingnya
menjaga persatuan di tengah upaya provokasi yang kerap dilancarkan kelompok
separatis. Para peserta sepakat bahwa masyarakat Yahukimo harus kompak dalam
menolak segala bentuk ancaman terhadap keamanan, termasuk provokasi berbasis
identitas.
Kesepakatan
12 suku di Yahukimo ini diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain di Papua
untuk berani menyatakan penolakan terhadap kekerasan dan terorisme. Masyarakat
adat menegaskan bahwa masa depan Papua hanya dapat dibangun melalui persatuan,
pembangunan, dan perdamaian, bukan lewat senjata dan intimidasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar