Pan
Heluka, Anggota OPM Kodap XVI, Tewas Setelah Dianiaya oleh Kelompoknya Sendiri
Papeda.com- Konflik
internal kembali mengoyak tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kali ini, Pan
Heluka, salah satu anggota aktif dari Kodap XVI wilayah Paniai, dilaporkan
tewas secara tragis akibat penganiayaan oleh rekan-rekannya sendiri. Peristiwa
ini menambah daftar panjang pertikaian internal yang menunjukkan adanya
ketidakharmonisan dan kebrutalan dalam tubuh kelompok separatis tersebut.
Menurut
laporan warga dan sumber lokal yang enggan disebutkan namanya, peristiwa
tersebut terjadi pada pekan lalu di salah satu markas tersembunyi OPM di
sekitar Distrik Bibida, Kabupaten Paniai. Pan Heluka diduga mengalami
penyiksaan berat setelah dituduh membocorkan informasi lokasi persembunyian
kelompok kepada pihak luar.
“Dia
dipukuli habis-habisan oleh beberapa anggota kelompoknya sendiri. Sayangnya,
mereka lebih percaya pada kekerasan daripada klarifikasi. Ini sangat kejam,”
ungkap seorang tokoh pemuda Paniai yang mengetahui kejadian tersebut, Senin
(21/7/2025).
Sumber
lain menyebutkan bahwa Pan Heluka sebenarnya merupakan anggota yang cukup aktif
dan loyal terhadap gerakan OPM, namun diduga menjadi korban dari permainan
kekuasaan di internal kelompok. Dalam beberapa bulan terakhir, Kodap XVI
diketahui mengalami gesekan antara kubu pimpinan lama dan sejumlah kader muda
yang mulai mempertanyakan arah perjuangan kelompok.
Menanggapi
kejadian ini, Kepala Suku Paniai, Yance Yogi, mengecam keras tindakan brutal
OPM terhadap anggotanya sendiri. “Kalau sesama mereka saja bisa dibunuh hanya
karena kecurigaan, bagaimana mereka bisa bicara memperjuangkan nasib rakyat
Papua? Ini bukan perjuangan, ini kriminalitas,” tegas Yance dalam pernyataannya.
Sementara
itu, tokoh gereja dari wilayah Paniai, Pendeta Abraham Dogopia, menyayangkan
jatuhnya korban jiwa dari kalangan pemuda Papua akibat kekerasan antar anggota
OPM. “Kita sedang berjuang untuk kedamaian, bukan saling bunuh. Anak-anak muda
Papua harus berhenti terlibat dalam organisasi yang hanya menanamkan kebencian
dan kekerasan,” ucap Pendeta Abraham.
Kejadian
ini sekaligus menegaskan bahwa OPM bukan hanya menjadi ancaman bagi warga
sipil, tetapi juga tidak menjamin keselamatan anggotanya sendiri. Situasi ini
menambah keprihatinan masyarakat Papua terhadap keberadaan kelompok bersenjata
tersebut yang semakin meresahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar