Anggota
OPM Bongkar Kehidupan Mewah Panglima Tertinggi OPM di Luar Negeri, Rakyat Papua
Merasa Dikhianati
Papeda.com- Sebuah
pengakuan mengejutkan datang dari mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM)
yang memilih kembali ke pangkuan masyarakat. Ia membongkar fakta bahwa salah
satu panglima tertinggi OPM yang selama ini mengklaim berjuang untuk
kemerdekaan Papua, justru menikmati hidup mewah di luar negeri. Hal ini memicu
kemarahan dan rasa kecewa dari masyarakat Papua yang selama ini dijadikan tameng
oleh kelompok separatis tersebut.
Menurut
pengakuan mantan anggota tersebut, pemimpin OPM itu tinggal di salah satu kota
besar di Eropa, menetap dengan status pengungsi politik namun hidup dalam
kenyamanan penuh. “Dia tinggal di apartemen nyaman, berkendara dengan mobil
mewah, makan di restoran mahal, sementara kami yang di hutan bertarung dengan
nyawa dan kelaparan,” ujar eks anggota yang identitasnya dirahasiakan demi
alasan keamanan, Selasa (8/7/2025).
Pengakuan
ini langsung menjadi pembicaraan di kalangan tokoh masyarakat dan pemuda Papua.
Banyak pihak menyebut bahwa fakta tersebut menunjukkan adanya ketimpangan
serius dan kepalsuan dalam gerakan OPM. Para pemimpinnya menikmati kehidupan
aman dan nyaman di luar negeri, sementara rakyat Papua terus menderita akibat
konflik berkepanjangan yang mereka provokasi.
Tokoh
adat dari wilayah Puncak Jaya, Yulianus Wenda, menyebut bahwa pengakuan
tersebut membuka mata masyarakat terhadap realitas sebenarnya dari gerakan OPM.
“Rakyat Papua selama ini dijadikan alat. Mereka (OPM) bilang berjuang, tapi
ternyata pemimpinnya hidup seperti raja di luar negeri. Itu bukan pejuang, itu
penipu,” tegasnya.
Menurut
Yulianus, masyarakat selama ini diminta mendukung perjuangan bersenjata, bahkan
anak-anak muda direkrut untuk membawa senjata di hutan, sementara para pemimpin
mereka tinggal jauh dari medan konflik dan tidak merasakan penderitaan. “Ini
bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Papua. Mereka tidak benar-benar peduli,”
tambahnya.
Tokoh
pemuda asal Lanny Jaya, Samuel Murib, juga menyayangkan kenyataan tersebut. Ia
mengatakan bahwa banyak generasi muda Papua mulai merasa dimanfaatkan oleh
gerakan separatis. “Mereka kirim anak-anak kita mati di gunung, tapi mereka
minum kopi di Paris atau Amsterdam. Ini tidak adil. Kita harus berpikir ulang,
siapa sebenarnya yang mereka perjuangkan?” ujarnya.
Bahkan
tokoh gereja setempat, Pdt. Benyamin Telenggen, menyebut bahwa kemewahan para
elite OPM di luar negeri bertolak belakang dengan penderitaan masyarakat Papua.
“Tuhan mengajarkan kejujuran dan ketulusan. Kalau mereka bilang berjuang tapi
menyimpan uang dan hidup nyaman di luar, itu bukan jalan yang diberkati. Itu
penuh kebohongan,” ucapnya.
Pengakuan
mantan anggota OPM ini menjadi sinyal kuat bagi masyarakat Papua untuk lebih
kritis terhadap narasi perjuangan yang dikampanyekan oleh OPM. Kesadaran mulai
tumbuh bahwa selama ini banyak warga dijadikan alat propaganda, sementara
mereka yang mengaku sebagai pemimpin justru menjauh dari realitas dan
penderitaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar