Masyarakat
Wamena Tolak Kehadiran OPM yang Mulai Turun ke Perkotaan
Papeda.com- Kekhawatiran
dan keresahan kembali mencuat di tengah masyarakat Kota Wamena, Kabupaten
Jayawijaya, seiring dengan meningkatnya intensitas kehadiran kelompok
bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah perkotaan. Warga
menyatakan penolakan secara tegas atas keberadaan kelompok tersebut, yang
dinilai dapat mengganggu ketentraman dan stabilitas kehidupan sosial masyarakat
sipil.
Salah
satu tokoh masyarakat adat di Wamena, Yance Wakerkwa, menegaskan bahwa
kehadiran OPM di tengah-tengah permukiman sipil bukanlah hal yang diharapkan
oleh masyarakat. Menurutnya, Wamena sebagai pusat aktivitas ekonomi dan
pemerintahan di wilayah Pegunungan Tengah Papua harus dijauhkan dari potensi
gangguan keamanan.
"Kami
menolak dengan tegas keberadaan kelompok OPM di kota. Mereka tidak membawa
solusi, justru menciptakan ketakutan di tengah rakyat. Kami ingin hidup aman,
bekerja tenang, dan anak-anak kami bisa sekolah tanpa dihantui rasa
takut," tegas Yance, Senin (9/6/2025).
Ia
juga menyampaikan bahwa masyarakat adat selama ini sudah hidup berdampingan
dengan berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, dalam menjaga stabilitas
daerah. Kehadiran OPM justru menjadi ancaman nyata bagi proses pembangunan yang
tengah berjalan di Papua, khususnya di Jayawijaya.
Senada
dengan itu, Ketua Forum Pemuda Wamena, Andreas Mabel, menyayangkan tindakan OPM
yang mulai masuk ke wilayah perkotaan dengan berbagai motif. Ia menilai bahwa
aksi tersebut bukan bagian dari perjuangan, melainkan upaya mengacaukan tatanan
kehidupan masyarakat yang telah berjuang membangun daerahnya.
"Pemuda
Wamena tidak ingin dijadikan alat untuk kepentingan kelompok bersenjata. Jangan
ajari kami kekerasan. Kami ingin membangun Papua melalui pendidikan dan
ekonomi, bukan dengan senjata," ujar Andreas.
Sementara
itu, Pdt. Markus Yelipele dari Dewan Gereja Papua mengajak masyarakat untuk
tidak terprovokasi dan tetap menjaga kedamaian. Ia menekankan pentingnya peran
tokoh agama dan adat dalam meredam situasi agar tidak berkembang menjadi
konflik horizontal.
"Gereja
menyerukan damai. Kami menolak kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk yang
dibawa oleh kelompok-kelompok bersenjata. Jalan damai adalah jalan yang
diberkati Tuhan," ungkap Pdt. Markus dalam khotbahnya di Gereja GKI
Betlehem Wamena.
Melihat
situasi yang berkembang, masyarakat mendesak aparat keamanan untuk meningkatkan
patroli dan menjaga wilayah-wilayah vital di pusat kota. Masyarakat berharap
negara hadir secara maksimal dalam memberikan rasa aman dan menjauhkan
kelompok-kelompok bersenjata dari ruang hidup rakyat sipil.
Kapolres
Jayawijaya, AKBP Heri Wibowo, menyatakan pihaknya telah menerima sejumlah
laporan dari warga terkait aktivitas mencurigakan. Ia menegaskan bahwa aparat
keamanan siap menjaga kondusifitas daerah dan tidak akan mentolerir tindakan
yang mengarah pada gangguan keamanan.
"Kami
menjamin keamanan masyarakat Wamena. Segala bentuk aktivitas yang mengancam
ketertiban umum akan kami tindak sesuai hukum yang berlaku," tegasnya.
Penolakan
terhadap kehadiran OPM di wilayah perkotaan Wamena menunjukkan bahwa masyarakat
Papua, khususnya di Jayawijaya, semakin sadar akan pentingnya perdamaian dan
pembangunan. Harapan warga jelas: mereka ingin hidup tenang, jauh dari kekerasan,
dan membangun masa depan bersama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar