Sebby Sambom Dinilai Menikmati Hasil
Perjuangan OPM Tanpa Terlibat Langsung di Lapangan
Papeda.com-
Kritik tajam kembali diarahkan kepada juru bicara Tentara Pembebasan Nasional
Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom. Sejumlah kalangan
menilai bahwa figur yang selama ini dikenal vokal dalam menyuarakan isu
kemerdekaan Papua tersebut, tidak turut berjuang secara langsung di medan
konflik, namun tetap menikmati hasil dari perjuangan para anggota OPM yang
berjuang di lapangan.
Seiring
meningkatnya tensi konflik di sejumlah wilayah Papua, terutama di wilayah
pegunungan tengah seperti Nduga, Intan Jaya, dan Puncak, perhatian publik dan
pengamat semakin tertuju pada peran dan posisi tokoh-tokoh kunci dalam gerakan
separatisme Papua. Dalam konteks ini, nama Sebby Sambom kerap menjadi sorotan
karena perannya sebagai corong utama penyampaian narasi perjuangan OPM ke dunia
internasional.
Namun,
sejumlah pihak mempertanyakan kontribusi nyata dari Sebby Sambom terhadap
perjuangan di lapangan. Mereka menilai bahwa Sambom lebih banyak terlibat dalam
aktivitas komunikasi dan propaganda dari luar wilayah konflik, sementara para
pejuang bersenjata OPM berada di garis depan, menghadapi aparat keamanan, dan
menanggung risiko besar demi tujuan politik organisasi.
Menurut
analisis sejumlah pengamat keamanan dan konflik di Papua, keberadaan Sebby
Sambom yang diketahui tinggal di luar negeri atau jauh dari wilayah-wilayah
konflik, menimbulkan persepsi bahwa ia cenderung memanfaatkan situasi konflik
untuk kepentingan pribadi atau politik.
“Selama
ini, kita melihat bagaimana komunikasi dari Sebby Sambom sangat aktif di media
internasional, namun kontribusinya terhadap struktur organisasi OPM di Papua
sangat terbatas. Ia tidak hidup di medan konflik, tidak menghadapi langsung
tekanan militer, tetapi seolah menikmati pengaruh dan legitimasi dari
perjuangan yang tidak ia jalani,” ungkap seorang peneliti senior isu Papua dari
LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang enggan disebutkan namanya, Kamis
(10/04/2025).
Sikap
ini, menurutnya, menimbulkan ketimpangan antara para pejuang lapangan dan
tokoh-tokoh yang lebih banyak beroperasi secara diplomatik di luar negeri.
Tak
hanya dari pengamat eksternal, sumber dari kalangan internal TPNPB-OPM yang
berhasil dihubungi juga membenarkan adanya kekecewaan terhadap Sebby Sambom.
Beberapa pimpinan kelompok bersenjata di wilayah pegunungan tengah disebut
mulai mempertanyakan legitimasi pernyataan-pernyataan publik Sambom yang kerap
mengatasnamakan organisasi secara keseluruhan.
“Banyak
komandan di lapangan merasa bahwa suara mereka tidak tersalurkan dengan adil.
Mereka berjuang mati-matian, sementara ada pihak yang hanya bicara dari tempat
aman dan menerima perhatian internasional,” kata sumber tersebut.
Ketegangan
internal ini bahkan sempat mencuat ke publik pada awal 2024, ketika muncul
pernyataan dari salah satu komandan lapangan TPNPB yang menegaskan bahwa tidak
semua kelompok mendukung pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Sebby Sambom.
Dengan meningkatnya kritik, sejumlah tokoh masyarakat Papua dan pengamat
konflik menyerukan perlunya evaluasi terhadap struktur komunikasi dalam tubuh
OPM. Mereka menilai bahwa perjuangan yang mengatasnamakan rakyat Papua harus
mencerminkan kejujuran, integritas, dan keterlibatan nyata dari semua pihak
yang mengklaim sebagai bagian dari gerakan tersebut.
“Apabila
benar bahwa ada tokoh yang hanya menjadi simbol perjuangan namun tidak
berkontribusi langsung, maka itu adalah bentuk ketidakadilan terhadap para
pemuda dan rakyat Papua yang berjuang dengan segala keterbatasan di lapangan,”
ujar Yance Worabay, tokoh muda Papua dan aktivis HAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar